Kamis, 18 Februari 2016

Perkara meninggalkan dan ditinggalkan

"Aku merasa menjadi pihak yang selalu ditinggalkan! 
Jadi boleh dong, sebelum aku ditinggalin beneran, aku membatasi rasa sayangku sehingga nantinya perpisahan tidak terasa menyakitkan!"


Pertemuan datangnya sepaket dengan perpisahan.
Tidak tahukah kamu, bahwa ditinggalkan bukanlah satu-satunya yang menyedihkan.
Namun juga meninggalkan.

Kalau boleh, aku ingin menetap di sini.
Menghidupi kehidupan yang sama nyamannya, 
yang sama jelasnya, yang tetap dengan orang-orang ini.

Bagiku, jalan ke depan adalah gelap.
Bukan hanya kau yang takut berjalan sendirian.
Bagiku, aku sama takutnya untuk berjalan sendirian, di tempat yang aku tak tahu.
Bagiku, sama cemasnya denganmu...


Aku tak hanya sedih karena pergi sendirian.
Tapi juga sedih karena menyakiti mereka yang terlanjur sayang.
Sedih karena tidak bisa mengiyakan semua pinta mereka untuk tetap tinggal.
Susah untuk menyampaikan alasan kenapa harus pergi, dan menjadi orang yang tak seasik dulu.
Lelah meyakinkan mereka bahwa aku tak bisa menjadi egois, dan mengabaikan yang lain.


Jika boleh, aku juga ingin menetap barang sebulan dua bulan.
Membenahi hati dan tugas-tugas yang masih bisa dibereskan.
Jika boleh, aku sangat ingin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar