Senin, 17 Oktober 2016

IRONI

DUK.
"Aduh, Nak. Hati-hati dong kalo main sepeda, jatuh kan. Udah deh, gausah mainan sepeda lagi. Sepedanya mama simpen ya. Bahaya!"
.
.
.
Lalu kemudian, sang anak kehilangan kesempatan untuk belajar mengendarai sepeda. 

------

Kalau memang demikian prinsipnya,

Maka mereka yang tersedak makan nasi,
kemudian tidak boleh lagi makan nasi.
.
Mereka yang mendapat nilai jelek saat ujian,
tidak boleh lagi belajar.
.
.
.
Dan mereka yang jatuh,
tidak boleh lagi berjalan.

Rabu, 28 September 2016

[Jika Aku...]

Jika aku mati nanti ...
Sudahkan banyak yang merasa kehilangan?
Sudahkan banyak yang datang tanpa terpaksa?

Jika aku mati nanti ...
Apakah yang akan mereka ingat?
Apakah semua yang baik dariku? atau tidak?

Aku tahu, aku akan mati jika tugasku sudah selesai.
Aku tahu, aku akan mati jika Dia sudah merasa cukup.

Tapi aku tak ingin mengerjakan cukup.
Aku ingin mengerjakan lebih.
Dipakai lebih.

Sehingga matiku membuat banyak orang senang.
Bahwa Dia mau memakai hidupku, dan hidup lebih banyak orang.

Rabu, 17 Agustus 2016

rindu-merindu


Kenapa sih susah banget mau move on dari tempat ini?
.
Memang. Bagi sebagian orang, tempat ini memang cukup berharga.
.
Sepertinya hanya aku yang tidak bisa move on dari tempat ini.
.
Kalau masih sayang, kenapa harus dilupakan?
Move on kan tidak berarti juga lupa.

.
.
.

Bagaimana rasanya merindu?
Rasanya tentu saja tidak enak.
Rasanyaaa... 
tidak ingin dirasakan.

Tapi,
bagaimana rasanya tahu sedang dirindukan?
Rasanya tentu saja menyenangkan.
Rasanyaaa...
seperti sangat berarti.


Selasa, 16 Agustus 2016

Jerawat Rindu by Anji
source : YouTube


"Q : how do you know you are in love?
A : Every music are make sense"
- Castle - 

"17 | 71"

Sekarang ini di museum nasional, lagi ada pameran lukisan dari koleksi istana negara. 
Lukisan ini kebanyakan dikoleksi oleh Pak Soekarno saat masih menjabat sebagai Presiden Indonesia dahulu kala.


Ada beberapa lukisan yang gue suka.
Lukisan pertama bernuansa hitam. Menunjukkan suasana Malang malam hari.
Deep. Dark. Bold. Apapun itu.
Rasanya Malang memang setegas itu ketimbang beberapa lukisan lain yang warnanya lebih sendu. 


Kemudian ada lukisan yang rasanya lebih proporsional ketimbang beberapa lukisan lain.
Gue suka karena orang-orangnya dilukis dengan konsep semacam baby doll gitu, jadi semua orangnya dibikin macam boneka-boneka kecil yang seukuran. 


Setelah melihat secara keseluruhan, gue rasa ciri khasnya pelukis Indonesia jaman dulu lebih suka melukis realism dengan kuas ukuran besar. Juga melukis dengan warna-warna yang lebih tegas dan saling membentuk garis menabrak.


Sedang pelukis luar, sepertinya lebih detil dengan kuas ukuran kecil, dan warna-warna yang saling membaur sehingga terkesan lebih pastel dan lembut. 


Ada sebuah lukisan yang menggunakan Pak Soekarno sendiri sebagai model untuk melengkapi bagian gambar lukisannya. Sayangnya lukisan ini sudah rusak dan patah dibagian ujung kanannya, sehingga lukisan ini dibuat ulang untuk tetap mengabadikan momen tersebut. 


Kebanyakan lukisan yang dipamerkan berbicara mengenai kehidupan saat peperangan berlangsung. Seperti lukisan di bawah ini, yang kalau tidak salah juga merupakan lukisan ulang (atau mungkin terinspirasi) dari lukisan lain yang mirip-mirip. 


Lukisan di bawah ini rasanya lebih damai. Lebih sejuk. Lebih lega.
Warnanya lebih lembut dan tidak terkesan dipaksakan. Lebih bersih rasanya.
Lebih hangat karena saturasinya sedikit lebih tinggi.

Saat melihat lukisan ini, gue merasa sedang berada di kampung halaman saat senja mulai turun ke ufuk barat.
Tak terasa lagi kesan peperangan yang harus diperjuangkan.
Yang tersisa adalah kehidupan yang tenang dan tentram.
Sehingga mereka tak perlu lagi terburu-buru menikmati senja. 


Ah, sudahlah.
Lagipula, semua lukisan dibuat untuk dinikmati dengan indra penglihat, bukannya mulut, atau jari dalam konteks blog.

 Banyak hal yang luput dari perhatian gue dalam setiap lukisan. 
Gue kurang pintar menilai dan membahasakan apa yang gue pikirkan.

Tapi mungkin, jika ingin merasa apa yang gue rasa,
baiknya datang dan hadir ketempat yang gue hadiri.

Karena ...

"Kadang, kita (hanya) melihat apa yang ingin kita lihat"


ps : sorry for bad quality pictures. 
taken with low lighting, and low quality camera.

FINE and FUN

Fine dining adalah (noun)UK/ˌfaɪn ˈdaɪ.nɪŋ/US /ˌfaɪn ˈdaɪ.nɪŋ/ a style of eating that usually takes place in expensive restaurants, where especially good food is served to people, often in a formal way.-dictionary.cambridge.org-


Fine dining adalah sebuah konsep dimana makan malam disajikan dengan cara yang formal, dengan lebih teratur dengan tata cara makan yang banyak.

Menurut gue, itu melelahkan. Heu~
Makan dengan alat makan yang berbeda untuk tipe makanan yang berbeda.
Dengan tata cara yang sangat ketat, dan hal-hal lain yang repot untuk dihafalkan.
Mungkin itu salah satu alasan kenapa gue rasa gue tidak ingin mencoba fine dining.


Lalu, pada sebuah kesempatan, gue datang ke sebuah tempat makan yang masih belum beroperasi, di daerah Kemang
Namanya Nusa.
Sangat Indonesia.
Akan launching soft opening pada tanggal 17 Agustus 2016.


Tempatnya tertutup, nyaman, dan terkesan hangat.
Nuansa putih, hitam, coklat, dan kuning emas memenuhi seluruh penjuru ruangan.
Sederhana.
Unik.

Yang gue suka, tempat itu punya cerita.
Semua perabotnya berasal dari koleksi sebuah rumah di zaman 90-an.
Peralatan makannya (dan masaknya) didatangkan langsung dari berbagai daerah pengrajin di Indonesia.
Kursi, meja, lemari, sendok. Semua.

Menu makanan yang disajikan berasal dari ulikan sang Chef sendiri.
Dengan bahan makanan yang dibeli di seluruh penjuru Indonesia.

Yang menyenangkan, 
setiap kali makanan disajikan, pramusaji akan menambahkan cerita mengenai deskripsi singkat makanan, beserta asal bahan makanan tersebut. 

Gue menyimak dengan baik cerita dari mas-masnya, meski sesaat setelahnya langsung lupa apa katanya.

Selain itu, gue mendapat kesempatan ekstra untuk ikut tur keliling tempat itu.
Ada taman untuk makan lebih santai. Ada ruang tunggu. Ada gudang sebagai tempat fermentasi. Bahkan ada ruang bawah tanah juga! 
Bayangkan, dimana lagi di Indonesia ini rumah yang memiliki akses ke bawah tanah!
Well, mungkin ada. Tapi gue sih belum pernah lihat. Haha  




  

Namanya kecombrang
Desertnya ada gelato pandan, bubur, olahan ubi kuning dan ungu, juga kripik ubi
Gue merasa semua makanan yang disajikan ramah lidah orang Indonesia.
Meski nggak semua makanan gue foto, tapi rasa senangnya masih nyisa di memori gue. :) 



"If you want to make a friend, go to someone's house and eat with him.
The people who give you their food give you their heart."
- Cesar Chavez -

Selasa, 09 Agustus 2016

Saat ditinggal pergi

Gue gabisa masak...
.
.
"Halo nak, udah mandi? ... Kok belum? ... Iya, mandi dulu ya nak. Ibu pulang bawa kue. ... Iya, daah"
.
.
.

Percakapan serupa di atas beberapa kali gue dapati pada seorang ibu (yang juga seorang wanita karir) pada anaknya di telpon saat sedang berada di atas KRL commuter line mengarah pulang. 


Mendengar percakapan itu, gue jadi senyum-senyum sendiri di atas krl.
Selama seminggu, mama gue pergi ke luar kota untuk menghadiri pernikahan keponakannya, yang adalah sepupu gue. (Congrats Bang, anw...)

Karena itu, akhirnya tanggung jawab mengurus rumah secara tidak langsung diserahkan kepada gue. Mengurusi makan pagi, siang, dan malam untuk adik-adik gue. Mencuci piring, baju, menyetrika dan beberes rumah. Menemani adik gue belajar dan membantu mereka mengerjakan tugas. Ditambah lagi tugas gue sendiri yang sebenarnya belum sebegitu banyak sih.

Dengan bekal kemampuan mengurus rumah yang apa adanya, gue menjadi kapten selama seminggu.
Mengatur waktu dengan sedemikian efektif.
Membagi tugas dengan cukup tepat sasaran.

Makanan olahan siap masak gue pernah gosong.
Gue juga sering kena minyak panas, bahkan sampe masuk-masuk ke mata.
Gue (berusaha) bangun pagi, dan tidur paling malam.
Gue berusaha memastikan semua baik-baik saja sebelum seisi rumah pergi tidur. 
.
.
.
Gue gabisa masak.
Dan masih gabisa masak.
Tapi rasanya, gue jadi lebih tough dalam mengurus rumah.
Rasanya...

ps : Dan gue berhasil memasak telor dengan variasi baru! B)

Jumat, 29 Juli 2016

hati hati dengan kata...

Hati-hati dengan kata.
Kadang kata adalah tanpa makna, 
namun kadang, mereka akan terdengar seperti janji.

Kadang kamu yang tidak bermaksud,
tapi mereka yang berharap.

Kadang kamu yang menganggap angin lalu,
namun mereka yang berpegang pada asa.



Lalu, mereka membenci
pada kamu yang tidak pernah tau alasannya.

demikian juga nasihat ...

Hati-hati ketika menjual sepatu pada orang lain. 
Tidak semua sepatu cocok dipakai untuk semua kegiatan, meskipun ukurannya pas.


Mereka yang tak tahu mode,
akan memakai apa saja yang ada.

Dan apa saja yang ditawarkan,
 oleh mereka yang terlihat lebih meyakinkan...



Demikian juga nasihat,
Tidak semua nasihat cocok dipakai untuk semua masalah, meskipun rasanya pas.

Selasa, 05 Juli 2016

Kasih atau enggak yaa?

“Jangan dikasih, nanti dia males.”
.
“Ya enggaklah. Kan dia memang butuh. Dia juga nggabisa ngapa-ngapain kan. Lu juga ngga miskin kalo ngasih beberapa ribu. Kecuali kalo yang muda-muda yang masih kuat, yang asal nyanyi tuh.”
.
.
.

Sering nggak sih terjadi konflik batin di hati kita waktu mau memberi uang ke pengemis di pinggir jalan? Kalo dikasih, takut mereka jadi males kerja. Kalo ngga dikasih, mereka kasihan punya disabilitas.


Lalu muncul pertanyaan di benak gue, “mereka kalo dikasih kerjaan mau nggak ya?”

Beberapa hari yang lalu, dalam forum tentang pendidikan yang gue ikuti, sekilas membahas tentang anak-anak lulusan Sekolah Luar Biasa yang susah mencari kerja. Kemudian, ada yang mengenalkan tentang platform kerjabilitas.com, tempat dimana para penyandang disabilitas bisa mendaftar dan mencari pekerjaan di situ.

.
Masalah pertama beres. 

Lanjut ke masalah kedua. Mereka-mereka yang sudah lanjut usia dan memiliki keterbatasan itu, apakah BISA mengakses platform tersebut seorang diri? 

Mereka bahkan buat makan aja susah, apakah mereka bisa punya smartphone, dan punya pulsa untuk beli kuota.
Mungkin itu hal yang mudah dan kecil buat kita. Tapi bagi mereka?

.
Jika saja ada orang-orang yang mau berbaik hati mengumpulkan database mereka-mereka itu, dan mendaftarkan mereka dan memfasilitasi mereka menggunakan platform tersebut.


Yah mungkin waktu kita yang biasa dipakai untuk ngomel-ngomel kepada mereka, bisa dipakai untuk mulai membantu mengakses platform tersebut.

“Wihh, gimana rasanya ketemu artis?”

Beberapa hari yang lalu, gue berkesempatan datang ke kediaman seorang Pejabat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk buka bareng (sambil diskusi ringan-yang-tidak-ringan).

Senin, 27 Juni 2016

aku kelak...

Suatu saat nanti, kita manusia tidak akan meninggalkan apapun.
Dan kuharap, kepergianku (kelak) meninggalkan ingatan-ingatan yang menyenangkan dan hangat di hati mereka.
.
.
.
Cuplikan sebuah film membuat gue menghayati bahwa setiap orang yang sudah meninggal tidak akan lagi dianggap oleh siapapun kecuali keluarga atau orang-orang yang benar menyayanginya.

Saat itu, gue bertekad bahwa gue akan berusaha melakukan segala hal untuk meninggalkan jejak bahwa gue pernah ada di dunia.
Gue punya mimpi untuk mencapai ini itu.
Menciptakan ini itu.
Mengkaryakan ini itu.

.
.
.

Tapi lalu muncul pertanyaan paling dasar dari semuanya...
"Apakah hidupmu adalah tentang kamu seutuhnya?"

"Buat apa kamu ada di dunia?"

Dan akhirnya, segala sesuatu yang gue lakukan, haruslah sesuai dengan apa yang dikehendaki sebelumnya. 
Bukan lagi tentang keakuan hidup gue, tapi tentang apa yang Dia inginkan untuk gue lakukan.

Semoga setiap manusia memiliki hikmat untuk mencari tahu dasar dari eksistensi dirinya, dan tidak hanya sekedar memberi makan ego diri semata.

Sabtu, 11 Juni 2016

Bandung, kota perasaan

" Dan Bandung, bagiku bukan cuma masalah geografis,
lebih jauh dari itu melibatkan perasaan " - Pidi Baiq
.
.
.
" Bandung adalah monumen, yang merangkum hak dasar semua orang untuk merasa RINDU bagi yang pernah bersamanya, bagi yang pernah merasakannya " - Pidi Baiq
.
.
.
" Dan kurasa, aku meninggalkan sebagian hatiku di Bandung " - Lidya

what is it that he saw in you?




Try matching this.

If you match it, I'll let you know.
.
.
What the heck?
It's already all matched up.
.
.
When a person looks at you...
you're like this puzzle
that's already all matched up.
Perfect.

Because it's so put together and perfect,
you can only hold it and look at it.
There's nothing a person can do for you.

Like this (messy). become like this so that someone
can help fulfill you.
Even if you get it wrong a few times,
so that you can match it up again.




Kutipan di atas diambil dari film Dream High 2, episode 15

Merindu



Hening. 
Tenang.

Gelap.
Kerlap.

Merindu.

Mengutip kata Pidi Baiq tentang merindu,
dimana Dilan berkata pada Milea bahwa merindu adalah perkerjaan yang berat.


Ya, merindu sungguh berat.

Sungguh.

Gak boong.



source video : YouTube

Rabu, 25 Mei 2016

Butuh berbicara

Selama beberapa bulan ini, yang gue kerjakan di rumah adalah belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik dan benar.
Menurut gue, belajar mengerjakan tugas-tugas domestik sejak dini cukup penting untuk persiapan berumahtangga kelak.

Tapi, dasar guenya yang bosenan, beberapa minggu mengerjakan rutinitas yang sama membuat gue menjadi sangat pemalas.
Ditambah kecepatan dan keefektivan kerja gue *songong*, maka semua pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan lebih cepat.

Maka, jadilah waktu luang gue cukup teramat banyak.
Dan gue bingung mau diisi dengan apa.


Lalu, gue keinget beberapa kejadian yang pernah gue alami di krl dan bis.
Gue melihat bahwa para ibu-ibu, dapat dengan cepat akrab dengan ibu-ibu lain.

Buktinya, setelah 5 sampai 10 menit, mereka--yang tadinya tidak saling kenal--akhirnya bisa ngobrol panjang kali lebar kali tinggi, dan jadilah obrolan yang cukup dalam tentang keluarga mereka masing-masing.

Awalnya gue heran kenapa para ibu-ibu itu bisa dengan mudahnya bercerita dengan orang yang tak dikenal.
Tapi setelah mendalami kegiatan sebagai ibu rumah tangga, gue sedikit banyak bisa menghayati.

Ternyata mereka merasa kesepian sendirian di rumah.
Sebagai wanita yang memang memiliki naluri untuk berbicara lebih banyak ketimbang para pria, wajar saja jika mereka mencari 'teman senasib' di luar sana.


Setelah mengetahui fakta ini, gue semakin sadar betapa para orang tua memang benar merindu saat mereka mengajak anak mereka mengobrol, atau sekadar menanya kabar.


So, sapaan singkat kalian cukup untuk mengusir sepi mereka setelah ditinggal pergi seharian.
Dan kalian baru akan mengerti tentang ini ketika kalian sudah cukup tua dan anak kalian sudah beranjak dewasa.

#OneFilmADay(OrMore)


Dalam film Marvel's Agent of S.H.I.E.L.D, ada sebuah adegan dimana para agen sedang bersiap untuk menghadapi musuh.
Kemudian, terdengar 2 orang diantaranya bercakap-cakap.
.
.

Cowo : Sepertinya, kamu lebih butuh ini daripada aku (sambil mengulurkan sebuah kalung)
Cewe : Apa-apaan kamu ini. Itu lambang kepercayaan, bukan jimat keberuntungan! Kenapa kamu mengembalikan pemberian orang seperti itu?
.
.


Ya, kadang kita menganggap beberapa barang keagamaan sebagai jimat.
Sehingga lupa apa yang benar-benar kita percaya.



#OneFilmADay(OrMore)

Rabu, 18 Mei 2016

#OneFilmADay(OrMore)

Beberapa hari yang lalu, saat main-main ke toko buku, gue melihat buku John Green yang berjudul Paper Towns. Berbekal pengalaman menonton The Fault in Our Stars, dan sinopsis bukunya, segeralah gue mencari filmnya untuk ditonton.

Trailer yang gue tonton membuat gue semakin bersemangat untuk menikmati film yang satu ini.

Hasilnya?
Gue rasa, menonton trailernya jauh lebih membuat berdebar-debar dibanding menonton full film-nya. Trailer yang dikemas dengan padat membuat imajinasi gue berkembang liar dan membuat ekspektasi gue akan film ini cukup tinggi.

Meski filmnya tidak sesuai ekspektasi gue, namun film ini tetap dapat dinikmati karena selalu ada hal-hal kecil yang un-expected yang disajikan dalam film ini. 

Hal yang gue rasakan setelah menonton film ini adalah rasa hangat karena film ini cukup bisa menyentuh di sisi lain yang tidak ecek-ecek dan tidak biasa.

Sila ditonton filmnya untuk menikmati cerita yang sederhana tapi tetap detil. :)


#OneFilmADay(OrMore)