Sekarang ini di museum nasional, lagi ada pameran lukisan dari koleksi istana negara.
Lukisan ini kebanyakan dikoleksi oleh Pak Soekarno saat masih menjabat sebagai Presiden Indonesia dahulu kala.
Ada beberapa lukisan yang gue suka.
Lukisan pertama bernuansa hitam. Menunjukkan suasana Malang malam hari.
Deep. Dark. Bold. Apapun itu.
Rasanya Malang memang setegas itu ketimbang beberapa lukisan lain yang warnanya lebih sendu.
Kemudian ada lukisan yang rasanya lebih proporsional ketimbang beberapa lukisan lain.
Gue suka karena orang-orangnya dilukis dengan konsep semacam baby doll gitu, jadi semua orangnya dibikin macam boneka-boneka kecil yang seukuran.
Setelah melihat secara keseluruhan, gue rasa ciri khasnya pelukis Indonesia jaman dulu lebih suka melukis realism dengan kuas ukuran besar. Juga melukis dengan warna-warna yang lebih tegas dan saling membentuk garis menabrak.
Sedang pelukis luar, sepertinya lebih detil dengan kuas ukuran kecil, dan warna-warna yang saling membaur sehingga terkesan lebih pastel dan lembut.
Ada sebuah lukisan yang menggunakan Pak Soekarno sendiri sebagai model untuk melengkapi bagian gambar lukisannya. Sayangnya lukisan ini sudah rusak dan patah dibagian ujung kanannya, sehingga lukisan ini dibuat ulang untuk tetap mengabadikan momen tersebut.
Kebanyakan lukisan yang dipamerkan berbicara mengenai kehidupan saat peperangan berlangsung. Seperti lukisan di bawah ini, yang kalau tidak salah juga merupakan lukisan ulang (atau mungkin terinspirasi) dari lukisan lain yang mirip-mirip.
Lukisan di bawah ini rasanya lebih damai. Lebih sejuk. Lebih lega.
Warnanya lebih lembut dan tidak terkesan dipaksakan. Lebih bersih rasanya.
Lebih hangat karena saturasinya sedikit lebih tinggi.
Saat melihat lukisan ini, gue merasa sedang berada di kampung halaman saat senja mulai turun ke ufuk barat.
Tak terasa lagi kesan peperangan yang harus diperjuangkan.
Yang tersisa adalah kehidupan yang tenang dan tentram.
Sehingga mereka tak perlu lagi terburu-buru menikmati senja.
Ah, sudahlah.
Lagipula, semua lukisan dibuat untuk dinikmati dengan indra penglihat, bukannya mulut, atau jari dalam konteks blog.
Banyak hal yang luput dari perhatian gue dalam setiap lukisan.
Gue kurang pintar menilai dan membahasakan apa yang gue pikirkan.
Tapi mungkin, jika ingin merasa apa yang gue rasa,
baiknya datang dan hadir ketempat yang gue hadiri.
Karena ...
"Kadang, kita (hanya) melihat apa yang ingin kita lihat"
ps : sorry for bad quality pictures.
taken with low lighting, and low quality camera.