Kisah perjalanan gue di Siantar, Minggu (23/02/14)
Kami memang menginap di hotel yang tidak jauh dari rumah Opung, hanya 10 menit berjalan kaki. Jadi setelah sarapan, kami (anak-anak) akan pergi ke rumah Opung dan melakukan apa saja disana.
Kami memang menginap di hotel yang tidak jauh dari rumah Opung, hanya 10 menit berjalan kaki. Jadi setelah sarapan, kami (anak-anak) akan pergi ke rumah Opung dan melakukan apa saja disana.
Gue sendiri ikut membantu
membereskan piring-gelas, menyuguhkan kue dan kopi, menyalami para tamu yang
datang, juga membantu menjaga sepupu-sepupu gue yang masih pada kecil-kecil.
Sedangkan para orang dewasa melakukan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang
berbelanja bahan makanan, ada yang membantu di dapur, ada yang menemui para
tamu, dan sisanya membicarakan pesta adat sekaligus acara pemakaman Opung.
Para tamu berdatangan dari
sekitar jam 9 pagi, hingga tengah malam, bahkan ada yang baru datang sekitar
jam 1 pagi. Ada yang hanya suami-istri berdua, bertiga, bahkan gerombolan
beramai-ramai.
Kebaktian diadakan 2 kloter
setiap malamnya, dari jam 7 hingga setengah 9, dan stengah 9 hingga jam 10. Setiap kebaktian, pasti orang-orang
selalu ramai. Setengah hati gue merasa bangga karena Opung gue dikenal banyak
orang, tapi disisi lain gue jadi mempertanyakan siapa saja para tamu yang
berdatangan tersebut.
Gue berkali-kali dikenalkan kepada kenalan papa dan mama
gue. Mereka sangat banyak; bahkan gue pun ngga bisa mengingat mereka satu
persatu. Kebanyakan memang merupakan kenalan kami saat kami masih tinggal di
Siantar, saat itu usia gue masih belum genap 3 tahun.
Melihat banyaknya tamu yang
datang, gue jadi maklum seberapa lelahnya keluarga besar gue menemani para
tamu. Gue saja yang baru 2 hari sudah pegal-pegal, apalagi Tante dan Om gue
yang sudah seminggu lebih melakukan ritual yang kurang lebih sama. Bahkan
mereka mengaku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar