Kisah perjalanan gue di Siantar, Sabtu (22/02/14)
Mendengar berita kepergian kakek gue Jumat malam, akhirnya gue harus berangkat ke Siantar hari Sabtunya. Karena gue ngga dapet travel ke BSD malam itu, terpaksa gue harus berangkat dari Bandung.
Mendengar berita kepergian kakek gue Jumat malam, akhirnya gue harus berangkat ke Siantar hari Sabtunya. Karena gue ngga dapet travel ke BSD malam itu, terpaksa gue harus berangkat dari Bandung.
Sabtunya, gue keluar kamar dari
pagi. Menyetak tiket pesawat lalu naik travel dan taxi hingga sampai ke Bandara
Husein. Ternyata hitung-hitungan gue meleset. Gue harus menunggu lebih dari 1
jam hingga waktu boarding tiba, sekitar jam 10’an.
Akhirnya, setelah sampai di
Bandara Kuala Namu, gue bertemu dengan papa, kakak dan adek-adek gue. (Kebetulan
mama gue sudah berangkat dari seminggu yang lalu untuk menjenguk Opung)
Kami bertemu dengan Bapa Tua (Om)
di bandara untuk kemudian berangkat bersama-sama ke rumah Opung. Memang seluruh
keluarga besar diharuskan untuk datang selagi bisa.
Medan-Siantar yang biasanya
mencapai waktu tempuh 4 jam kini bisa dipercepat hingga 3 jam dengan melalui
jalan pintas. Sehingga kami akan tiba sekitar pukul 5 sore.
Namun, saat hampir tiba di rumah Opung,
lagi-lagi kami mendapat kabar duka. Salah satu Bapa Uda (Om Ipar) gue dari
Pontianak baru saja kecelakaan dan meninggal di tempat. Saat gue tiba, teriakan
tante gue terdengar hingga tuang tamu; histeris mendengar berita bahwa suaminya
meninggal. Padahal rencananya, Bapa Uda akan menyusul ke Siantar keesokan
harinya (Minggu). Yah, beliau memang datang, namun bukan untuk melayat,
melainkan untuk dimakamkan di Siantar, kota kelahirannya.
Ya, Tuhan. Belum lagi kering luka kami, Engkau sudah menorehkan lagi
luka lain ditempat yang sama. Kiranya, biarlah hanya Engkau yang menjadi
penghiburan bagi keluarga besar kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar