siapa aku? bisa seenaknya marah kepadaNya.
Hanya karena diberikan sebuah cobaan seperti ini.
Yang merasa sakit dan susah. hanya sedikit.
siapa aku? yang bisa tiba-tiba membenciNya.
Tanpa melihat sebanyak apa Dia memberiku keajaiban.
siapa aku? yang dengan tidak rela melepas banyak hal.
Padahal semuanya itu dipinjamkan olehNya hanya sementara.
kemana saja aku? mencaci-maki dan mengolokNya.
Padahal ia sudah rela mengorbankan nyawaNya untuk menyelamatkanku.
kemana saja aku? menuntut ini itu kepadaNya.
Bahkan sepuluh menit perhari saja aku tak mau bertemuNya.
Dua jam seminggu saja kadang dihadiri dengan bersungut-sungut.
ada yang bilang, hidupku bagaikan permata yang dipungut dari lumpur.
tidak ada yang mau melihat lumpur jijik itu barang sedikit pun.
Tapi Dia memungutku, dan bahkan memolesku menjadi secantik permata indah.
TanpaNya, mungkin aku masih ada dionggokan lumpur itu.
Lumpur yang mengeras tentu saja susah untuk dihilangkan.
Kadang malah perlu dikikis dengan pisau.
Ya, baret sedikit harusnya tak apa.
Karena hasilnya sebanding.
Pilihanmu hanya dua.
Membiarkanmu dikikis dan ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi layaknya permata.
Atau muak merasakan sakit dan memilih pergi, dengan banyaknya lumpur yang menutupi menjadi beban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar