Selasa, 16 Juni 2020

tanya

"bolehkah aku bertanya? masih bolehkah aku mendapat penjelasan?", 
tanyanya penuh kebingungan.

"...", 
aku hanya bisa terdiam. 

"please! kamu berhutang banyak penjelasan. kamu tidak bisa pergi begitu saja seakan tidak ada apa-apa diantara kita", 
ia mulai marah.

"...", 
aku masih tak bergeming.

"jika kamu memang sudah lupa, it's okay.
tapi, kalau masih ada sebersit amarah dalam hatimu, tolong beri tahu aku. setidaknya aku tahu apakah aku perlu meminta maaf ataukah melupakan. 
sepertimu, yang kemudian bisa menjalani hidup seakan tidak ada apa-apa."
dia mulai memohon.

"..."
maaf, tapi akupun tak tahu jawabannya.
lalu aku beranjak pergi dan menghindari tatapan matanya.

do not

jangan mengambil keputusan saat kamu sedang emosi.
just don't.

rasa senang akan membuatmu jadi kurang berhati-hati.
rasa marah akan membuatmu menyesal.

Jumat, 05 April 2019

Filipi 1:3

"Aku mengucap syukur kepada Tuhan Allahku setiap kali aku mengingat kamu", ucap Paulus (dan Timotius) kepada semua orang kudus di Filipi. 


Seperti Paulus mengucap syukur akan hadirnya rekan sekerjanya dalam pelayanan, begitupun aku mengucap syukur untuk hadirnya setiap orang yang dimaksudkan dalam hidupku.

Seperti Paulus tetap bersyukur untuk semua ujian dan cobaan yang datang dalam hidupnya. Demikian juga aku mengucap syukur, karenanya Tuhan jadikanku kuat.

Seperti Paulus yang akan terus bersyukur masih bisa melakukan pelayanan-pelayanannya dalam bentuk kasih kepada rekan-rekan sekerjanya. Begitu pula aku bersyukur masih dipakai Tuhan dalam setiap perjalananku.

Seperti Paulus, aku ingin dipakai lebih lagi seperti Paulus.
Aku ingin hidupku semakin dekat dengan-Nya seperti Paulus.
Aku ingin ingat untuk selalu mengucap syukur untuk setiap yang datang (dan mungkin telah pergi).

Terima kasih untuk membuatku bisa berdiri di sini, saat ini, dengan kondisi seperti ini.
Terima kasih.

Kamis, 27 Desember 2018

Milly & Mamet ! Keluarga sederhana dengan lawakan ringan yang ngga garing !

Image result for poster milly & mamet the movie
sumber : google

Sudah banyak orang yang mengatakan bahwa film Milly & Mamet adalah film yang sangat bagus untuk ditonton. Tapi untukku pribadi, ada beberapa alasan yang membuat aku tak ingin melewatkan film ini.

Pertama, adalah karena film ini merupakan spin off dari dwilogi AADC, yang sangat booming pada zamannya dulu. Sehingga ingin juga rasanya kembali bernostalgia dengan tokoh-tokoh yang menemani masa kecilku.

Kedua, di film ini, Mira Lesmana mengandeng pasangan suami istri Ernest Prakasa dan Meira Anastasia. Mengingat Ngenest, CTS, dan Susah Sinyal mendapat respon yang luar biasa dari penonton, pastilah film Ernest yang ini juga akan tidak biasa, apalagi dikerjakan bareng sang istri. Jadi penasaran, bagaimana hasil dari suatu cerita yang digarap melalui dua sudut pandang sekaligus. Meski agak kecewa dengan sekuel AADC yang tayang 2016 lalu, sepertinya Milly & Mamet benar-benar akan membawa angin segar dengan nuansa yang berbeda dari dwilogi AADC, yang didukung dengan tag line-nya : “Ini bukan Cinta & Rangga”.

Ketiga, dengan mendompleng nama besar AADC, Milly & Mamet harusnya sudah memiliki pasarnya sendiri, tanpa perlu susah-susah melakukan promo. Namun, Ernest dan tim tetap menunjukkan kesungguhan mereka dengan membuat promo film Milly & Mamet yang tidak biasa. Hal ini juga perlu diacungi jempol.

-

Oke, masuk ke bagian alur cerita. Aku sangat terkesan dengan cara Ernest membawa alur cerita yang tidak mudah ditebak. At least, aku sih ngga ketebak ya untuk beberapa adegan yang terjadi. Beberapa poin yang aku soroti adalah :
  • Film ini sangat menonjolkan ciri khas komedinya yang ringan, tapi nggak garing. Bahkan beberapa komedi yang awalnya kupersepsi akan garing di trailernya, ternyata pun mengundang gelak tawa penonton setelah diberi konteks cerita yang lebih luas.
  • Film ini menggambarkan cerita keluarga yang sederhana, detil, dan tidak terkesan dibuat-buat. Saudaraku belum ada yang menikah, sehingga aku tidak bisa begitu relate dengan kehidupan pasca menikah. Tapi melihat interaksi yang dibawakan dengan sangat sederhana, konflik yang dimunculkan sangat nyata, membuatku bisa mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai konflik keluarga. Rasa-rasanya, isu pasca menikah menjadi tidak begitu jauh lagi.
  • Menggunakan cues yang mendukung. Karena film ini masih ada hubungan sodara sama film AADC, sehingga dibutuhkan adanya kesamaan alur cerita yang terjadi untuk membangun continuity film. Hal ini dimunculkan dengan sangat cerdas oleh Ernest dengan menggunakan properti-properti yang sederhana. Punch line yang digunakan, topi-topi ber-tag line, sticker, juga konteks cerita keseluruhannya. Selain itu, aku merasa ada beberapa campaign yang ingin ditanamkan melalui cerita ini, tentang hidup sehat, hidup jujur, bagaimana mengikuti kata hati saat kita sedang bimbang, bagaimana kita saling back up pasangan saat dibutuhkan, dan kembali ke kekeluarga untuk berusaha menyelesaikan masalah yang terjadi. Value yang ditanamkan sangat luar biasa menurutku.
  • Ngiklan yang cukup smooth. Beberapa kali bisa didapati kemunculan brand-brand yang menjadi sponsor dari film ini. Tapi iklan tersebut dimunculkan dengan sangat menyenangkan dan dapat dikompromi. Tidak mengambil alih seluruh cerita, tidak membuat patah adegan yang terjadi, dan malah mengelitik menurutku. Jadi, yaa win-win solution lah buat kedua belah pihak.


Secara keseluruhan, film ini cocok ditonton untuk orang yang sedang butuh refreshing, mencari film yang ringan dan ngga pake mikir terlalu berat, tapi komedinya tetap dapet. Buat mereka yang ngga rela mengeluarkan uang demi menonton film Indonesia, ya gapapa juga sih. Tapi aku tak menyesal menonton film ini. Isu keluarganya dapat. Value yang mau ditanamkan tidak setengah-setengah dan disampaikan dengan cara yang cerdas. Menurutku film ini paket komplit. Aku kenyang mata, hati, dan otak setelah nonton. Semakin mengagumi Ernest dan Meira.


… dan semakin ingin mencoba bikin karya yang sama cerdasnya, yang bisa menggerakkan hati semua yang melihat. ;)


Kamis, 13 Desember 2018

Beberapa saat kebelakang, kepalanya penuh sama semua hal.
Beberapa saat kebelakang, semuanya minta diperhatikan.
Beberapa saat kebelakang, tenaganya terkuras habis.

Hampir kehabisan napas, saat kejar-kejaran sama tengat waktu.
Kehabisan tenaga, saat kejar-kejaran sama maunya orang.
Belum lagi kehabisan waktu, saat berusaha memenuhi jam tidur.

Kita emang nggabisa nyenengin semua orang.
Nggabisa tau apa maunya semua orang.
Kadang malah, semua hal bisa salah dimata semua orang.

Gimana mau mengerti, kalau tahu aja tidak.
Gimana mau tahu, kalau mendengar aja enggak.


Sampai satu titik, dikasih waktu untuk berdiam diri. Hening.
Cuman ingin duduk tenang tanpa melakukan apapun.
Coklat panas di kiri, di kanan seorang yang hangat.

Memeluk adalah salah satu cara yang paling baik untuk menunjukkan bahwa kita peduli.
Bahwa kita dipedulikan. Iya kan?
Bahkan, tepukan dipundak juga cukup untuk sekarang.
Kalau mengusir kusutnya otak nggabisa dilakukan.



Tapi, Tuhan tidak akan memberikan pencobaan lebih dari yang kita mampu hadapi, kan?
Sebentar lagi, Lid. Bertahan, yuk.
Jangan meledak sekarang. Nanti aja. 

Selasa, 16 Oktober 2018

His time,
just in time

Banyak hal yang terjadi tidak lebih cepat atau lebih lambat dari seharusnya, tapi tepat pada waktunya.

Bahkan ketika kita mengusahakannya lebih banyak, jalan itu tidak akan terbuka karena usaha kita.

Bahkan ketika kita mendoakannya lebih sering, pun jalan itu tidak semakin mudah karena doa kita.

Tuhan akan memberikan jawaban itu sesuai kesiapan kita menerimanya. Sesuai waktunya, dan sesuai waktu-Nya. 

Rabu, 03 Oktober 2018

#commuter lyfe

Nggak kerasa udah sebulan melakukan rutinitas yang berbeda. 
Menjalani rute yang berbeda.
Bertemu dengan orang-orang asing lebih sering.
Berkelompok dengan pasangan yang berbeda-beda.
Kembali memikirkan hal-hal yang tidak lagi dipikirkan sejak dua tahun silam.

Tidur lebih malam. 
Berdiri lebih lama.
Melangkah lebih jauh. 
Tegak pun lebih lama.
Pundak memikul beban lebih berat. 
Punggung harus sedia tegak juga lebih lama. 

Tepat 30 hari yang lalu.
Memulai dengan rasa takut dan khawatir.
Saat ini, rasa-rasanya semua bisa diatasi.

Kecuali badan yang semakin lemah.
Mata yang semakin kuyu.
Kepala yang semakin sering pusing.

Baru 30 hari.
Sedikit jenuh dengan rute tempuh yang harus dilalui siang malam.


Siang tadi, ditengah-tengah menahan punggung yang mulai sakit,
terdengar percakapan dua orang ibu.

Salah satunya adalah seorang guru, berseragam pramuka, dengan rambut diikat asal, dan dengan mata yang juga kurang tidur.
Ternyata, rute temputnya lebih jauh dariku.

Tangerang - Cikarang setiap hari.
Berangkat 4.15 setiap pagi, karena masuk sekolah jam 7 pagi.
Jam 3 baru sampai Manggarai.
Pulang sekolah harus langsung tidur, katanya. Baru punya tenaga untuk beberes setelah bangun.


Dalam hati, salut akan loyalitasnya.
Tapi, terbersit juga dibenak pertanyaan kenapa dia tidak berusaha untuk memperpendek jarak.



Tapi mungkin beliau punya alasan sendiri.
Alasan yang sama kenapa aku bertahan sampai saat ini.
Mengorbankan badan yang mungkin tidak lagi bertahan tegak.
Alasan yang sepertinya membuatku tampak bodoh, tapi juga alasan yang sepertinya setiap orang mau untuk pertahankan.
.
.
.
Bertahan ya badan.
Berdoa lebih kuat agar badan ini tidak kalah oleh rasa lelah.
Bantu doa gengs. 
Untuk siapapun yang ikut serta membaca curcol ngga penting di blog kali ini.
:D