Rabu, 03 Oktober 2018

#commuter lyfe

Nggak kerasa udah sebulan melakukan rutinitas yang berbeda. 
Menjalani rute yang berbeda.
Bertemu dengan orang-orang asing lebih sering.
Berkelompok dengan pasangan yang berbeda-beda.
Kembali memikirkan hal-hal yang tidak lagi dipikirkan sejak dua tahun silam.

Tidur lebih malam. 
Berdiri lebih lama.
Melangkah lebih jauh. 
Tegak pun lebih lama.
Pundak memikul beban lebih berat. 
Punggung harus sedia tegak juga lebih lama. 

Tepat 30 hari yang lalu.
Memulai dengan rasa takut dan khawatir.
Saat ini, rasa-rasanya semua bisa diatasi.

Kecuali badan yang semakin lemah.
Mata yang semakin kuyu.
Kepala yang semakin sering pusing.

Baru 30 hari.
Sedikit jenuh dengan rute tempuh yang harus dilalui siang malam.


Siang tadi, ditengah-tengah menahan punggung yang mulai sakit,
terdengar percakapan dua orang ibu.

Salah satunya adalah seorang guru, berseragam pramuka, dengan rambut diikat asal, dan dengan mata yang juga kurang tidur.
Ternyata, rute temputnya lebih jauh dariku.

Tangerang - Cikarang setiap hari.
Berangkat 4.15 setiap pagi, karena masuk sekolah jam 7 pagi.
Jam 3 baru sampai Manggarai.
Pulang sekolah harus langsung tidur, katanya. Baru punya tenaga untuk beberes setelah bangun.


Dalam hati, salut akan loyalitasnya.
Tapi, terbersit juga dibenak pertanyaan kenapa dia tidak berusaha untuk memperpendek jarak.



Tapi mungkin beliau punya alasan sendiri.
Alasan yang sama kenapa aku bertahan sampai saat ini.
Mengorbankan badan yang mungkin tidak lagi bertahan tegak.
Alasan yang sepertinya membuatku tampak bodoh, tapi juga alasan yang sepertinya setiap orang mau untuk pertahankan.
.
.
.
Bertahan ya badan.
Berdoa lebih kuat agar badan ini tidak kalah oleh rasa lelah.
Bantu doa gengs. 
Untuk siapapun yang ikut serta membaca curcol ngga penting di blog kali ini.
:D

1 komentar: