Senin, 20 Juli 2015

memoar kemarin lusa


... aku pernah kehilangan sebuah momen.


pikirku saat itu, tidak terlalu penting.
rasa bersalah pada diri sendiri, dan rasa takut akan dihakimi.

rasa malas membuatku menghindar sedemikian rupa.
lagi-lagi, pikirku tak sebegitu penting.


lagipula,
masih ada sederet daftar dari rencana-rencana di lain waktu.
masih ada angka 30 di kali 12. tinggal pilih secara acak.

masih ada jarak yang bisa dijangkau, tak lebih dari seribu depa.
masih ada 'masih ada ...' lainnya yang membuat pikirku kembali tidak penting.

dan waktu berlalu begitu saja.

sekali. dua. tiga. tujuh. belas. 
kemudian ...


kalau saja aku tau bahwa 'masih ada ...', tidak seobral itu. 
kalau saja kusadari, angka hanyalah angka, tanpanya.

kalau saja aku tau, jarak mungkin merenggang.
bahkan tak lagi bisa dihitung depa.
tak mungkin dijangkau bahkan hingga seribu tahun cahaya.


ah, kalau saja kubisa memutar waktu!
sangat benar, ku ingin bisa memutar waktu!


kalau saja saat itu kutahu, bahwa itu kali terakhir.

tapi, sudahlah...


itu jawabku untuk pertanyaanmu kemarin lusa, tentang kenapa aku berkeras mengambil banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar