Minggu, 26 Juli 2015

tentang kupu-kupu


Kupu-kupu itu kecil.
Bentuknya indah.
Sayapnya mungil, tapi selalu kuat untuk mengepak berapapun jauhnya.

Dia menyerap nektar dari bunga merah dan menyebar serbuk sari sebagai balasan.
Dia bermain-main dengan koloninya.
Berkumpul dan memancarkan warna terangnya.


Beberapa waktu lalu, gue mendapat bros ini sebagai bentuk apresiasi.
Dan gue sangat tersanjung mendengar maksud dari konsep ini.
Seorang kakak mengatakan bahwa kupu-kupu mengingatkannya sebagai bentuk perjuangan yang sangat indah.

Kita tahu bahwa dia berasal dari ulat, dimana bahkan tidak ada yang mau menyentuhnya.
Kita tahu bahwa butuh sekitar 21 hari untuk berdiam dan mengubah diri.
Bukan hal yang mudah untuk keluar dari kepompong, bahkan butuh perjuangan untuk membuat otot-ototnya kokoh.

Setelah itu, ia harus terbang jauh untuk mencari makan.
Bukan tinggal makan, tapi tetap harus bekerja.
Kadang, harus menghindar jaring, dari bocah-bocah bandel yang ingin menjadikannya pajangan.


Yaah, kupu-kupu yang sebegitunya, tetap dipelihara oleh Tuhan.
Dia tahu perjuangannya tidak mudah, tapi dia tetap percaya bahwa hari ini dia bisa makan.
Dia tahu bahwa hari esok pasti masih ada tantangan.
Tapi setidaknya, dia percaya bahwa hari esok masih ada untuknya. 


:)

Piknik soree

Gue baru aja pulang dari menghadiri sebuah piknik.

Bayangin!
Piknik di zaman begini adalah hal yang cukup jarang bisa dilakukan.
Selain karena taman sudah sangat langka, tua muda sekarang lebih memilih berekreasi ke pantai/mall/taman-taman wisata lainnya.

Piknik kali ini disponsori oleh ajakan Uti.
Dia mengikuti sebuah komunitas virtual yang anggotanya berasal dari mancanegara.
Dan, meet up kali ini dicetuskan oleh seorang foreigner yang sedang berkunjung ke daerah Bandung. Sayangnya dia mendadak sakit dan gabisa hadir. :(


Kami berdua dateng paling awal, dan udah mati kutu nunggu setengah jem.
Ditambah karena ada beberapa bule yang dateng, gue jadi sedikit nervous. enggak deng, banyak. haha

Udah gitu, sama sekali nggak ada orang yang kami kenal. Ya emang sih, tujuannya dateng juga buat nambah-nambah temen hehe
Lalu, takjub karena kayaknya cuman gue dan Uti yang paling muda disana, sisanya orang kantoran, orang yang kerja sambil kuliah, bahkan sampe ada yang udah menikah dan jadi bapak-ibu. Terus jadi keki karena obrolannya udah beda.


Yah, karena komunitas ini terbentuk karena latar belakang travelling, jadi cerita itulah yang bisa menyatukan kami.
meski gue belum pernah travelling, seenggaknya ngedengerin mereka cerita tentang tempat-tempat yang udah pernah mereka datengin, sangat menyenangkan buat gue.
terlebih karena gue sangat ingin menjelajah ke tempat-tempat yang belum terjamah orang banyak hehe :D


disana gue kenalan sama beberapa orang, ada orang Perancis, ada orang Batak, orang Papua, orang Sunda, dan orang-orang lainnya.


Gue juga dapet resep kue khas Thailand yang cukup mudah dari seorang teman.
Berbekal tepung terigu, susu bubuk, gula pasir, dan mentega; kemudian voila dia membuat kue yang enak. :9
Katanya sih itu jajanan pasar di sana.

sayangnya gue ngga sempet ngefoto kue itu.
yaah, kapan-kapan kalo ada waktu, gue bikin deh kuenya hahaha


ngumpul selanjutnya diadakan minggu depan, dan gue pun sudah berencana untuk kembali ikut.
ditambah lagi, agenda menonton film selalu bisa bikin gue bersemangat! hehe


intinya, kesempatan mengenal orang baru nggak selalu dateng dua kali.
meskipun kadang bisa bikin gue (sangat) lelah, tapi pengalaman yang didapet cukup kok buat menebusnya :)


ps : dua foto diatas diambil oleh seorang teman bernama Sigit. 
Makasih kak, foto-fotonyaa :D

Sabtu, 25 Juli 2015

Kadang, manusia adalah makhluk yang aneh! 

Manusia mencari rasa sakit.

Manusia berjuang karena rasa sakit.
Manusia berjuang untuk rasa sakit.
Oleh rasa sakit. Atas rasa sakit. Kepada rasa sakit.

Lebih anehnya,
Manusia berkata, rasa sakit adalah bagian dari hidup yang harus disyukuri.


- salam, Manusia

Kamis, 23 Juli 2015

#OneFilmADay(OrMore)

Pernah ngebayangin nggak kalo manusia berukuran sekecil semut?
Yak, kemaren, berbekal rasa penasaran dan sedikit spoiler dari adek gue, gue akhirnya menyempatkan diri untuk menonton film Ant-Man keluaran Marvel.



Awalnya kepikiran kalo film ini sama actionnya sama film-film Marvel lainnya kayak Avengers. 
Nyata-nyatanya, film ini ternyata juga ada komedinya!


Dan itu bikin gue takjub!

Karena bikin film dengan genre action-comedy teh sangat sangat susah. 
Plus ada dramanya jugak!

Bayangin, waktu lagi serius-seriusnya perang, disuruh ketawa. 
Ato pas lagi sedih pun disuruh ketawa. :’)


Beberapa kali gue kayak orang freak gara-gara mewek sambil ngakak.

Kayaknya yang nonton bareng gue pun akan malu gara-gara gue bisa ketawa tiba-tiba, padahal yang lain diem aja.


Heu¬

Gue paling suka adegan dimana dalam 1 scene ada 2 sudut pandang, sebagai manusia-mini dan sebagai manusia-normal; yang kayak punya tombol switch yang kemudian dimainkan dengan sangat pas momennya. (no spoiler alert, haha :p)

Seinget gue, ini filem kedua yang bisa bikin gue nangis sambil senyum ato bahkan ketawa disaat yang bersamaan, setelah film Big Hero Six.

Oiya, satu lagi yang bikin gue salut, film ini menyajikan data!

Ada pengetahuan-pengetahuan yang diselipkan dalam film ini, seperti tentang koloni semut, dan juga sedikit tentang ilmu kuantum. :D


Intinya film ini akan gue acungi 2 jempol untuk alur ceritanya, dan 2 jempol lainnya untuk pengemasan yang ciamik. #
Selamat menontooon¬


#OneFilmADay(OrMore)

Senin, 20 Juli 2015

memoar kemarin lusa


... aku pernah kehilangan sebuah momen.


pikirku saat itu, tidak terlalu penting.
rasa bersalah pada diri sendiri, dan rasa takut akan dihakimi.

rasa malas membuatku menghindar sedemikian rupa.
lagi-lagi, pikirku tak sebegitu penting.


lagipula,
masih ada sederet daftar dari rencana-rencana di lain waktu.
masih ada angka 30 di kali 12. tinggal pilih secara acak.

masih ada jarak yang bisa dijangkau, tak lebih dari seribu depa.
masih ada 'masih ada ...' lainnya yang membuat pikirku kembali tidak penting.

dan waktu berlalu begitu saja.

sekali. dua. tiga. tujuh. belas. 
kemudian ...


kalau saja aku tau bahwa 'masih ada ...', tidak seobral itu. 
kalau saja kusadari, angka hanyalah angka, tanpanya.

kalau saja aku tau, jarak mungkin merenggang.
bahkan tak lagi bisa dihitung depa.
tak mungkin dijangkau bahkan hingga seribu tahun cahaya.


ah, kalau saja kubisa memutar waktu!
sangat benar, ku ingin bisa memutar waktu!


kalau saja saat itu kutahu, bahwa itu kali terakhir.

tapi, sudahlah...


itu jawabku untuk pertanyaanmu kemarin lusa, tentang kenapa aku berkeras mengambil banyak.
menulislah.
tulis apapun yang ada di otak.
lebih baik jika dicampur dengan sesendok rasa, dan sepercik kenangan.

jika tulisanmu tak berarti bagi orang banyak,
setidaknya berarti untukmu.

Jumat, 17 Juli 2015

...

Kenapa rasa teh sangat susah dikenali?

Rasa hanya bisa di rasa.
Tidak selalu tepat, tidak selalu benar.
Tidak selalu membuat nyaman, tapi juga tidak bisa disalahkan.

Kadang rasa menutup apa yang bisa dilihat mata.
Kadang rasa membuang semua yang bisa dipikirkan oleh logika.

Kemanakah harus ku berguru?
Agar jelas apa yang ku rasa?

Kemanakah harus kumencari?
Apa jawab dari semua tanya ini?



" Kadang, kamu bukan tak mengerti apa jawabnya. Kamu hanya terus menyangkal apa yang kamu rasa! " - An Nae-Sang

Jumat, 03 Juli 2015

keterbukaan adalah awal dari pemulihan

dalam kelompok yang saat ini sedang sering gue sambangi,
keterbukaan adalah hal yang cukup penting.

Tujuannya tentu saja bukan untuk saling menjatuhkan atau hanya sekedar kepo,
tapi gue tau alasan dibaliknya jauh lebih dari itu.

Mereka peduli.
Mereka ingin saling membangun.
Mereka ingin saling mendorong.
Dan mereka ingin memberi saran yang baik.

Tentunya bukan sesuai apa yang dunia inginkan, 
tapi sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.

Mungkin menurut kalian, hal itu terlalu menye. terlalu omong kosong.
Tapi kadang, kalian hanya takut, denial, dan melakukan defense.

Kalian tidak ingin keluar dari zona nyaman kalian.
Kalian tidak ingin diobok-obok, karena kalian bahkan takut untuk pulih dan menjadi kuat.



Dan tanpa kalian sadari, ketakutan kalian bukannya membuat kalian menjadi lebih kuat,
tapi menjadi lebih menyedihkan.
*selftalk*

(NOT) a fan!

KAMP KELOMPOK KECIL 2015! 
"Yes, I am NOT a fan!"

Beberapa hari yang lalu, gue mengikuti sebuah kamp rohani dengan topik visi pemuridan.
Kamp ini diadakan selama 5 hari 4 malam di Wisma Aloysius Gambung, Ciwidey.

Sekilas tentang kegiatan ini, kamp ini diikuti oleh berbagai mahasiswa yang berasal dari beberapa universitas se-Bandung Raya, dan bahkan hingga ke Samarinda.
Selama perjalannya, kamp ini dibuat dengan konsep keluarga, dimana orang-orang dari berbagai fakultas dan bahkan universitas ditempatkan dalam satu rumah untuk menjadi keluarga selama kamp.

Menurut gue, kegiatan ini sangat sangat bermanfaat untuk diikuti, dan sangat sayang untuk dilewatkan. 


Awalnya, ketika ditempatkan di divisi dakota (data, akomodasi, konsumsi, dan transportasi); gue sama sekali tidak punya bayangan akan melakukan apa dan bagaimana.
gue nggak punya pengalaman sedikitpun mengurusi makanan,
apalagi pendaftaran yang biasanya diurusi oleh bagian humas.
jadilah gue berjalan seperti orang buta yang punya iman haha

Sangat banyak hal yang gue dapatkan dari kamp ini.
Gue bertemu banyak hati yang rindu untuk melayani di PMK-nya masing-masing.
Gue melihat sangat banyak orang yang rela berkorban dalam pelayanannya.
Gue tahu begitu banyak alasan dan motivasi orang lain dalam melakukan pelayanan ini.

Gue juga melihat, masih ada orang-orang yang sebenarnya memiliki hati, dan hanya perlu diyakinkan.

Kalo kata seorang adik, bedanya kepanitiaan ini dengan kepanitiaan lainnya adalah, disini kami merasa nyaman dan aman karena dikelilingi oleh orang-orang yang penuh kasih.
Dan gue berharap, kamp ini bukanlah kamp yang berjalan sambil lalu; tapi benar-benar menjadi kamp yang berdampak bagi pesertanya.


Gue sangat bersyukur akhirnya mengiyakan pelayanan ini, karena sepertinya ini adalah pelayanan terakhir gue sebagai mahasiswa, dan benar-benar mengubah sebagian pandangan gue akan mahasiswa yang getol dengan PMK-nya masing-masing. Gue merasa diterima kembali, dan merasa bahwa Tuhan hadir di kamp ini dalam setiap apapun yang gue lakukan.

Ketika kalian diajak untuk mengikuti kamp-kamp serupa, mungkin sebelum ditolak, coba kenali suara Tuhan. Mungkin ini yang Tuhan ingin kalian jalani :)