Selasa, 31 Maret 2015

"grace unplugged"

Beberapa hari yang lalu, gue nonton sebuah filem berjudul GRACE UNPLUGGED.
Film ini bergenre rohani, berkisah tentang kehidupan seorang gadis yang sangat bertalenta dalam bidang tarik suara.

Sebuah lagu yang sangat menampar gue, dinyanyikan oleh gadis tersebut, Grace.
Silahkan didengerin lagunya, dan dihayati liriknya. :)

Seorang teman, yang saat ini masih tingkat 3, pernah berkata seperti ini, "gue aja ngerasa nyaman di kampus baru-baru ini, pas udah tingkat 3. Nyaman disini berarti gue nggak takut lagi waktu ke kampus akan sendirian. Selalu ada yang bisa gue ajak ngobrol di kampus."

Sedikit membicarakan tentang teman saya ini, dia adalah mahasiswi yang cukup aktif di berbagai kegiatan, kenal banyak orang, memiliki kemauan yang diatas rata-rata untuk terus berkembang.

Dengan kapasitasnya yang seperti itu, harusnya tidak butuh waktu lama untuk merasa nyaman dengan kampus.

Ketika dibandingkan dengan saya, terutama di tingkah akhir ini, saya merasa bahkan masih sering merasa takut ketika ke kampus sendirian. Saya masih sering merasa outgroup dan sendirian ketika sedang menunggu jam masuk kelas atau sekedar menyambangi perpustakaan.

Menjadi outgroup memang merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan. Namun, dengan menjadi outgroup sesekali, gue dipaksa untuk mencari kawanan lain dan mendekat ke mereka. Gue belajar untuk menerima siapapun menjadi teman gue, karena gue nggak hanya hidup dengan clique gue doang di kampus.

Lumayanlah, seenggaknya, sekarang gue mulai dilatih untuk kembali melihat sekeliling dan peduli sama mereka.

Demo-bakar-ban (?)

Kemaren, gue melihat ada mahasiswa yang bakar-bakar ban sambil teriak-teriak di depan kampus.
Nggak terlalu kedengeran sih mereka lagi ngomelin apa, tapi sepertinya kenaikan harga BBM dan juga tentang kinerja Pak Presiden yang dinilai buruk oleh mereka.

Menurut gue, hal itu kayaknya nggak guna, deh.
Coba, ngapain mereka demo di depan kampus (?), yang mana kayaknya beritanya pun nggak akan sampe ke Istana Presiden di Jakarta sana.

Para Pejabat punya lebih banyak masalah yang harus diurus ketimbang mendengarkan berita tentang mahasiswa bakar ban.


Ketika mereka mengeluhkan tentang kebobrokan Indonesia karena kinerja Pak Presiden yang tidak benar, coba lihat sendiri apa yang mereka lakukan!

Membakar ban. Lihat lagi deh, berapa uang yang mereka habiskan cuman buat beli ban. Berapa banyak polusi udara yang mereka hasilkan, dan bisa jadi banyak orang jadi kena asma gara-gara ngehirup baunya.

Terus ketika mereka ngerasa Indonesia semakin lama semakin hancur, tidakkah mereka ngeliat kalo Indonesia terdiri dari banyak penduduk? yang mana, setiap individunya (siapapun itu) juga ikut andil dalam menggerakkan Indonesia, baik keatas maupun kebawah?


Jadi kalo mereka mengeluh orang lain bersalah, ya coba diliat lagi aja apa yang udah mereka lakukan buat bikin Indonesia maju. Eh, ato malah mundur?

Kenapa sih nggak ngelakuin sesuatu buat bantu Indonesia maju? bukannya malah nyalah-nyalahin orang doang karena gabisa bikin Indonesia maju.

Simpelnya, manusia itu punya batasan. Kalian nuntut ini itu ke orang lain, terus apa yang sudah kalian lakukan? Gih, jadi Presiden gih sana.

Senin, 23 Maret 2015

Dua puluh satu!

Dua puluh satu.
Sekarang bagi gue, angka itu bukan lagi bermakna lambang bioskop semata.
Bagi gue, dua puluh satu adalah angka dimana, gue harus mulai mengambil sikap.

Angka yang memiliki makna, bahwa langkah gue masih sangat jauh.

Tapi juga...
Angka yang menyadarkan gue, bahwa gue masih memiliki mereka yang sayang sama gue.
Angka yang penuh bukti, bahwa gue tidak sendiri.
Bahwa yang gue lakukan tidak sia-sia.


Singkat cerita, dimulai dari dering pertama di menit ke-4.
Kemudian banyak doa yang dipanjatkan.

Hari kedua, ketiga...

Hingga hari keempat dirumah, bersama keluarga.
Tetap diiring doa yang serupa.


Setidaknya, gue tahu.
yang gue lakukan selama ini tidak sia-sia.

Tidak ada orang yang terlalu bodoh, sehingga menabur tanpa menuai sedikit pun.
Dan gue tau, banyak yang sayang sama gue.


Kalau ada yang bertanya, lebih baik menyayangi atau disayangi, gue lebih memilih menyayangi orang yang juga menyayangi gue.
Karena merasa disayang pun punya rasa hangat yang sama. :)

Jumat, 13 Maret 2015

self-denying

semua orang pernah menyangkal dirinya masing-masing.
bagi orang normal, yang memiliki ego lebih besar dari sekedar mengikuti perintah amygdala, yang seringnya menutupi bagian otak yang mengurusi logika ...

... menurut kami, akan lebih menyenangkan apabila kita menang dengan ego kita, ketimbang mengalah hanya demi emosi yang entah benar entah salah.

setiap orang pernah menyangkal dirinya.
menyangkal perasaannya.
menyangkal apa yang tidak dirasakannya.
menyangkal apa yang pernah atau tidak dilakukannya.

kami bukan menyesalinya.
kami hanya tidak mengatakannya.
menyangkal semua yang kami lakukan dalam diam.
seperti pengecut yang memandang dari kejauhan.

ya kami pengecut.
dan karenanya, kami minta maaf untuk menjadi seorang pengecut.

Seasons Come - True Worshippers


Title : Seasons come
Artist : True Worshippers
Source : Youtube

pertama kali denger lagu ini, dan jadi suka sama melodinya.
terus pas nyari liriknya, jadi pengen di post. :')

enjoy!



come to Me in your hour of darkness
as you know that I'll be there
dont you know
I've been waiting for you
ketika kalian membenci seseorang,
tidakkah kalian pernah berpikir ...
bahwa orang itu, juga sudah pasti membenci dirinya terlebih dahulu?

membenci dirinya karena menjadi begitu pengecut.
merutuki nasibnya karena penuh dengan kesialan.
berulang kali memikirkan topeng yang pas untuk menutupi dirinya.

yah, dan untuk itu semua, dia pasti sudah membenci dirinya.
kalau dia normal, dia akan menyadarinya.
kalau dia tidak normal, dia belum menyadarinya.

Minggu, 08 Maret 2015

semua orang tuh beda!

sebagai mahasiswa psikologi, yang notabene mempelajari manusia, gue memegang teguh yang namanya individual differences.

di konsep ini, gue percaya setiap orang memiliki alasan yang berbeda dalam melakukan setiap hal, dan tidak bisa disamakan dengan orang lain.

dalam hal prestasi, misalnya. Menurut kalian, mana yang baik untuk dilakukan, 'belajar sangat keras', atau 'belajar secukupnya'?
bagi anak psikologi, jawabannya adalah TERGANTUNG!

pilihan pertama diberikan bagi orang yang ingin mendapat nilai yang sangat tinggi, tapi masih malas-malasan dalam proses belajarnya.

pilihan kedua, diberikan kepada orang dengan tingkat achievement yang sangat tinggi, sehingga dia masih menganggap dirinya bodoh hanya karena mencapai A dan bukannya A+. bahkan sampai mengurangi waktu tidur hanya untuk mencapai kesempurnaan dalam nilai akademiknya.


dalam suatu waktu, temen KKN gue pernah bilang kurang lebih seperti ini, "curhat itu bukan buat rame-rame!!"
iyalah, kalo dikonsumsi publik, itu namanya presentasi haha

gue setuju konsep itu, terutama jika kita curhat ke konselor, dan diberi nasihat tertentu. 
nasihat yang diberikan, kadang hanya berlaku maksimal untuk kita sendiri, karena pastinya sudah dipertimbangkan dengan latar belakang dan pola pikir sang empunya curhatan.

agak kurang mempan sepertinya, kalo kita kasih nasihat yang sama ke tiap orang, meski dengan gejala-gejala yang mirip. karena kita ndak tahu konsekuensinya nanti akan seperti apa.


kayak lagi sakit batuk, yang satu batuk kering, ada yang batuk berdahak, sama ada yang batuk darah, tapi karena males ke dokter sendiri, jadinya ngintip resep temen, terus jadinya minum obat batuk yang sama.

ya, antara resepnya nggak mempan, ato bisa jadi overdosis.


jadi, profesi psikolog atau konselor adalah profesi yang cukup penting bagi keberlangsungan hidup orang lain. dengan power kita itu, ndak bisa kita seenaknya ngumbar nasihat ini itu ke orang lain (meskipun tampak benar). entar yang ada malah mereka percaya-percaya aja, terus nyalahin kita kalo ada apa-apa.


ps : makanya, kalo curhat ke anak psikologi, terus tiba-tiba mereka kepo nanya hal-hal yang kurang relevan, di jawab aja. mereka kami kepo juga ada tujuannya koook. biar bisa ngasih resep yang bener hehe *lalu salah fokus* :p

"do yo like you?"


tittle : try 
artist : Colbie Caillat
source : youtube


video ini bikin gue nyadar satu hal, "buat apa lu ngelakuin semua hal yang ngga lu pengen?"
"buat apa lu memaksa make up yang bikin lu ngga nyaman, cuman biar fit in sama orang lain?"
"buat apa capek-capek diet dan nahan laper, cuman buat satu orang yang bahkan ngga notice lu?"

"buat apa lu ngerubah diri lu karena orang lain. tapi ujung-ujungnya, lu jadi kehilangan jati diri lu sendiri, dan bahkan lu nggak lagi kenal siapa diri lu..."


semua hal itu ngga akan bermasalah jika dilakuin karena alasan yang tepat.
dan tetap bikin lu nyaman sama diri lu sendiri :)

Selasa, 03 Maret 2015

tadi sore, gue sempat berkunjung ke tempat yang nantinya akan lebih sering gue kunjungi untuk membuat skripsi, perpustakaan.

ketika ngeliat buku-buku lama dan tebal, yang pastinya jarang dibuka, gue berasa kangen ke perpus.
dulu waktu masih sekolah, kayaknya gue pasti ke perpus tiap jam istirahat yang kosong.
baca buku udah jadi hobi sih, tapi masih ngga kuat kalo harus baca text book kuliah setebel ganjelan lemari :')

tapi terus nemu 1 buku tentang happiness.
nantinya, gue bertekad akan menyempatkan waktu membaca buku itu.
semoga sempat yaa ditengah kesibukan gue, yang sebenernya disibuk-sibukkan.
haha

SKRIP-KRISPI !

Yak, mulai semester ini, Lidya akan lebih (sok) rajin membuka buku, baca teori dan jurnal, dikarenakan tuntutan yang mau tak mau harus dijalani, SKRIPSI.

Maka dari itu, mungkin nantinya, tulisan-tulisan dalam blog ini akan banyak berisi teori dan analisis fenomena yang ada disekitar kita.

kalo ndak suka, ndak dibaca juga gepapa.
doakan gue lulus di waktu yang tepat yaaakkk.

o:)

Senin, 02 Maret 2015

penghargaan atas sastra lama

gue bukan penggemar berat karya sastra lama, dan sastra lama yang gue baca pun cuman kutipan-kutipan cerpen yang muncul di soal-soal ujian bahasa indonesia selama SMA.

waktu KKN kemaren, gue sempet ke mall di daerah Tasik. Pertama masuk mall, tentu aja gue langsung cari toko buku. 
ditengah ngiter-ngiter milih novel, gue menemukan satu rak berisi buku-buku sastra lama.

pernah liat buku Aku-nya Sjuman Djaya yang ada di film AADC?
iya, buku yang sampulnya udah lusuh dan halaman dalamnya udah menguning ituu.
enggak, gue nggak sensi kok sama buku yang lusuh.
tapi, di toko buku itu, gue nemu buku yang sama, dengan sampul hard cover, dan halaman yang dicetak glossy disetiap lembarnya.
iya, glossy kayak halaman majalah-majalah kantoran gituu.
keren kaaaan...

dan gue menemukan buku lainnya yang berwujud serupa.
ada karangan Chairil Anwar, pun Kahlil Gibran.

akhirnya gue nggak membeli buku-buku itu sih.
tapi menurut gue, karya-karya Indonesia sudah mulai dihargai sekarang, meskipun belum banyak.

tapi ngga ada salahnya mencoba berkarya kan?
kali-kali 50 tahun lagi, karyanya bisa dipublish dan dihargai sama pihahk-pihak terkait :P

(listen to) your desire to belong !

Dalam perjalanan mengerjakan skripsi (iya, Lidya lagi niat hehe), gue mencari tahu mengapa seseorang ingin bergabung dalam suatu kelompok.

dan ini salah satu dari yang gue temukan :  
"Terror management theory argues that people are motivated to reduce fear of their own death, and that groups provide consensual belief-confirmation that drives their members to belong."


Lucu memang ketika membaca bahwa bergabung dalam kelompok mengurangi rasa takut akan kematian.
Namun hal itu benar, dalam artian bisa diterima. 

Ada beberapa orang yang merasa takut jika hidupnya tidak berguna.
Ada beberapa orang yang merasa takut kesepian disetiap harinya.
Ada beberapa orang yang merasa takut tidak lagi dianggap oleh orang lain.
Ada beberapa orang yang merasa takut tidak lagi memiliki arti didunia.

pada dasarnya, menurut gue, mati dalam kesendirian itu mengenaskan.
(bukan sendiri a.k.a single, tapi sendiri a.k.a lonely)
dan merasa takut akan hal itu adalah hal yang lumrah.

maka setiap orang berlomba-lomba untuk mencari teman sebanyak-banyaknya, berbuat baik kepada semua orang, agar nantinya ketika mereka mati, tidak ada yang bercerita buruk tentangnya.

gue juga ingin, nanti dipemakaman gue, semua orang berbagi cerita yang baik, tidak hanya tangis tapi juga senyum.
dan setelah dibaca ulang, topiknya udah ngelantur kemana-mana haha

oke, balik ke topik awal, tentang hidup berkelompok.
apapun alasan kalian, baik atau buruk, hidup berkelompok memang adalah salah satu kebutuhan manusia.

secara tidak langsung, mau tidak mau, se-independen apapun seseorang, ia akan tergabung dalam sebuah kelompok. apapun itu.
hal itu tentu saja ditunjang dari sifat dasar manusia, yaitu makhluk sosial, yang membutuhkan orang lain.

nasihat gue, inget-inget siapa yang paling sering ada waktu lu butuhin.
lupain sejenak semua hal yang bikin lu kesel sama dia.
dan inget terus, betapa senengnya lu waktu kalian lagi bareng-bareng.


karena, suka atau tidak suka, kalian saling membutuhkan, dan saling menyayangi. :)
ps : setidaknya, lu nggak lagi takut mati sendirian :)