Rabu, 16 Juli 2014

Hello, Instagram!

Akhirnya gue bikin instagram.

Ada yang pernah bilang, facebook bukanlah diary, jadi gue bikin blog ini.
Beliau, yang gue sudah lupa siapa, juga mengatakan bahwa facebook bukanlah album foto, jadi ya gue--setelah berpikir berulang kali--akhirnya memutuskan untuk membuat instagram.

Awalnya, memiliki akun instagram membuat gue merasa bersalah.
Rasanya seperti mengkhianati dunia yang sudah beberapa tahun gue pelajari, fotografi.

Fotografi adalah tentang membuat cetak biru 2 dimensi dari apapun yang ada disekitar kita.
Tentu saja untuk menghasilkan gambar yang bagus, tidak boleh asal jepret.
Fotografer (handal) haruslah memiliki keahlian yang tidak sembarangan.
Latihan berbulan-bulan belum tentu membuat kemampuan kita meningkat.

Harus menghafal mengerti luar dalam mengenai ISO, Shutter Speed, dan bukaan diafragma yang digunakan. 
Beda indoor, beda outdoor. Pagi atau malam. 
Teknik-teknik memotret yang tidak dipelajari hanya semalam.


Sedangkan sekarang, uang dan teknologi membuat segalanya mungkin.
Setiap orang dapat menghasilkan gambar yang bagus hanya dengan mendownload aplikasi yang bahkan dapat mempercantik foto secara otomatis.

"Jepret. Edit. Post."
Voila! 
Jadilah foto yang bagus.


Pernah gue merasa sakit hati, bahkan robot pun dapat melakukan segala sesuatunya lebih baik dari kemampuan yang dilatih sejak lama.

Namun sekarang gue inget-inget lagi alasan utama kenapa dulu gue mau belajar fotografi.
Gue bukan hanya ingin memindah gambar 3D menjadi 2D. 

Tapi gue juga ingin ikut mengabadikan momen dalam sebuah gambar.
Memberi nyawa pada gambar-gambar gue.



"What i like about photographs is that they capture a moment that's gone forever, impossible to reproduce"
- Karl Lagerfeld -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar