kala hujan menyerang negara api
bukannya adem, malah jadi tambah panas
semua meleleh
gandum-gandum menangis
air membuat gandum tak kunjung kering
rendaman air membuat banyak gandum sakit, bahkan mati busuk
banyak gandum berteriak
sambil menangis tentunya
mereka menuntut keadilan dari Yang Maha Kuasa
kenapa rumah mereka diusik oleh ribuan tetesan air
yang seakan tak cukup ditambah dengan serbuan angin besar
tak tahukah mereka?
tetesan hujan memang selalu datang berkala
namun dulu, saat para petani masih rajin, tak ada yang salah dengan datangnya hujan.
kini, para petani menjadi malas,
membuang ampas gandum disekeliling rumah,
dan berharap tak terjadi apa-apa dengan datangnya hujan berentet saat ini?
bukan. bukan Dia yang salah.
kalian hey, para penghuni.
yang cuman bisa berteriak memaki tanpa berbuat apa-apa.
tunggulah. akan tiba saatnya.
kalian mendapat hukuman setimpal.
air memercik tanpa ampun.
dihantarkan hembusan angin kencang.
tak lupa kilat menyambar dan petir menggelegar.
aku hanya bisa berdoa.
peperangan negara api ini dimaafkan oleh Dia Yang Maha Kuasa.
berbaik hati mengusir air yang mengendap menyaingi tingginya atap-atap ilalang.
dan mengeringkan kembali rumah-rumah kami.
tapi, aku berdoa, agar hati kita tetap basah.
basah oleh kasih sayang.
yang selalu tak habis dibagi-bagikan.
tak lagi kering, sekering negri kita.
tak lagi hambar, sehambar peperangan negri api.
doaku untuk negri api, bumiku.
doaku untuk para gandum dan petani, penghuni bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar