"Neng, mau ke kampus ya?"
"Enggak, Pak. Mau kerja hehe"
*percakapan diatas sudah hampir beribu kali gue lakukan dengan driver ojek online yang mengantar gue berangkat kerja.
---
Namanya Pak Yudi.
Seorang Bapak yang usianya tak jauh dari 40-an.
...
Pagi gue diawali dengan sesuatu yang buruk,
Gue bersyukur tidak diakhiri dengan sesuatu yang juga buruk.
Gue berangkat ke kantor dengan tergesa-gesa.
Kesal dengan jadwal commuter line yang selalu ngaret.
Dengan hati dongkol, gue memasang tampang kusut sepanjang jalan.
Dengan rencana naik ojek online untuk memotong jalan dan menghemat waktu, akhirnya gue turun di Stasiun A.
Karena untuk ke stasiun tujuan yang dekat kantor, gue membutuhkan waktu dua kali lipat dari waktu tempuh gue ke Stasiun A.
Celakanya, setelah gue turun, sinyal hape gue menghilang.
Udah di cari ke kolong-kolong jembatan pun nggak ketemu (boong deng)
Ditunggu semenit, dua menit, sepuluh, lima belas menit, hingga setengah jam.
Gue sudah isi ulang pulsa, dan daftar paket untuk nambah kuota,
gue juga udah restart hape gue, sinyal pun tak kunjung datang.
Kondisi baterai hape gue juga cukup mengenaskan.
Akhirnya dengan berat hati, gue memutuskan untuk naik kereta lagi menuju stasiun dekat kantor.
Sudahlah, toh gue juga sudah terlambat.
Apa bedanya terlambat setengah jam dan terlambat dua jam.
Kemudian, karena di tengah perjalanan akhirnya sinyal hape gue kembali,
gue merasa ada secercah harapan untuk sampai lebih cepat dengan memotong jalan dari Stasiun B.
Sinyal hape aman.
Ojek online sudah dipesan.
Namun cuaca sedikit mendung.
Dan benarlah, ditengah perjalanan dengan ojek online, akhirnya hujan pun turun.
"Neng, kita turun dulu ya pakai jas hujan", katanya. "Ini sepatunya mau dilepas aja nggak neng? disimpen di jok motor biar nggak basah, kasihan neng".
Gue yang masih kesal tanpa sengaja menyambar, "saya nyeker dong, Pak?!"
"Nanti neng pake sendal Bapak aja. Gapapa. Cowok mah biasa neng nyeker juga." Sambil tetap tersenyum, Bapak tersebut memberikan sendalnya dan mengajak saya bergurau.
Belum hilang kesal saya, lima menit setelah perjalanan dilanjutkan, hujan pun berhenti.
"Wah, hujannya cuman gertakan doang ya neng. Hehe", Si Bapak tetap sabar mengajak saya bergurau.
Saya tetap kesal karena sudah seperti orang konyol sampe copot-copot sepatu segala, pada di daerah kantor saya panas terik.
Si Bapak akhirnya pergi dengan ucapan terimakasih karena saya sudah mau memakai jasanya.
Dan saya tertinggal sendirian dengan merenung.
Ternyata masih ada orang yang sesabar dan sebaik itu.
Meski saya memulai hari dengan kesal, saya tidak mengakhirinya dengan tetap kesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar