Tak kuingat berapa malam yang dihabiskan tanpa lelap, hanya untuk mengejar garis waktu.
Kaki yang sakit hasil berjalan sekian belas kilometer.
Punggung yang linu mengangkat beban sekian kilogram.
Pundak yang lelah dipaksa tegak entah sekian lama.
Mata yang panas tak kunjung terkatup.
Semua hanya demi mengejar waktu.
***
Kemudian, datanglah sebuah peringatan.
"Dia tak menjanjikan kita akan bersenang-senang saat mengikut-Nya.
Memikul salib dan menyangkal diri, itu adalah suatu keharusan.
Tak mudah memang.
Tapi satu janji-Nya, semua akan indah pada waktu-Nya."
***
satuan waktu yang dipakai secara berbeda.
satuan waktu yang perbedaannya cukup signifikan.
dan satuan waktu yang hasilnya pun jelas terlihat bedanya.
Ini bukan titik jenuhku.
Aku tak selemah ini, dapat jenuh hanya karena rutinitas yang tidak rutin.
Aku tidak lemah. Pernah melewati yang lebih menjemukan, bukan?
Aku hanya lelah.
Hanya butuh fight mode diubah ke flight mode untuk sementara.
Tapi rasanya tak perlu kuubah.
Karena harus kubersiap, untuk menyambut Sang Empunya waktu, yang tetap memegangku dari belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar