Mimi adalah anak saudagar kaya di pinggir pulau Qweeney. Semenjak kecilnya, ia selalu dimanja dan hidupnya bisa dipastikan sempurna sesuai dengan apa yang Mimi inginkan.
Mimi hanya punya satu teman, yaitu anak tukang kebun rumah mewahnya. Namun, Mimi tak pernah merasa kesepian, karena Bilbo, anak tukang kebun tersebut, selalu ada buat Mimi.
Suatu ketika, sudah waktunya bagi Mimi untuk memasuk sekolah dasar di kampung seberang. Karena Bilbo berasal dari keluarga yang tak berada, maka Bilbo tidak dapat ikut bersekolah dengan Mimi.
Meski begitu, Mimi tetap mau mengajarkan Bilbo apapun yang didapatnya dari sekolah. Ia belajar sangat keras, bertanya sangat banyak, dan memerhatikan dengan diam, memastikan dirinya cukup paham untuk kemudian menjelaskan semuanya kepada Bilbo.
Bilbo tak pernah menuntut banyak kepada Mimi. Bahkan Bilbo pun sejujurnya malas mendengarkan materi baru yang selalu dibawa oleh Mimi.
Namun, Mimi berkeras karena katanya ilmu itu bisa membuat kita pintar. Dan pintar bisa membuat kita dapat pekerjaan. Dan bekerja bisa membuat kita kaya raya. Alasan itulah yang membuat Mimi berusaha sangat keras untuk belajar banyak hal, mencoba banyak hal, membenarkan banyak hal yang salah dari apa yang pernah ia lakukan.
Kemudian, sekolah Mimi kedatangan anak baru yang berasal dari kota, dan sifatnya sangat bengal. Seberapapun Mimi mencoba baik, tidak ada balasan yang juga baik berasal dari anak baru itu.
Awalnya Mimi tak ambil pusing, toh ia masih punya Bilbo dirumah, Mimi tidak perlu teman lagi. Tapi, semakin lama anak baru itu semakin membuat Mimi naik darah. Apapun yang Mimi lakukan selalu menjadi sorotan utama anak baru itu. Sebaik apapun Mimi berusaha, anak baru itu bisa mengalahkan Mimi. Ia menjadi juara kelas, dan menjadi sorotan para guru.
Mimi kesal, bukan kesal pada anak baru itu. Mimi kesal pada dirinya, bisa-bisanya ia menjadi sangat bodoh. Dengan semua yang sudah ia pelajari, dengan semua yang sudah ia coba, ia masih bisa dikalahkan oleh anak baru itu. Ini kali pertama Mimi merasa kecewa pada dirinya. Ketika semua tidak lagi menjadi seperti apa yang Mimi inginkan.
Sekarang Mimi merasa kecewa, juga pada hidupnya. Pada hidup yang menawarkan mimpi yang abu-abu. Hidup yang mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja, padahal tidak. Hidup dimana ia memimpikan hal yang sempurna, tapi bahkan tidak mampu ia jalani.

.jpg)



