Rabu, 11 Desember 2013

tulisan yang tertunda

jadi beberapa hari yang lalu, internetnya mati dan baru nyala lagi hari ini.
terus mau nulis blog, akhirnya cuman bisa di Ms. Word. 
dan seperti kembali dari goa batu nih senengnya hahaha

8 Desember 2013


Take a risk, then GO!
Internet (bukan indomie, telor, kornet) adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh anak kosan, terutama bagi mereka yang tidak punya TV di kosannya. Termasuk gue.

Hari Jumat kemaren, tiba-tiba saja internet gue mati, dan tak kembali, bahkan hingga hari ini. Usut punya usut, ternyata emang dari pusatnya lagi ada gangguan. Masalah pertama.

Lalu, tepat kemarin malem, Sabtu, adaptor charger laptop gue mati, dan tak mau nyala lagi. Masalah kedua. Saking keselnya, gue mau nangis dan akhirnya Aul berbaik hati meminjamkan chargeran untuk mengecharge laptop gue. Satu masalah selesai. Tapi bagaimana untuk besok? Dan hari-hari selanjutnya? Akhirnya dapet pinjeman laptop dari Aul. :d Thanks ul, God bless you.

Lalu, secepat kilat gue menghubungi Agus untuk mencari pertolongan pertama. Akhirnya dia mau nemenin gue ngebenerin colokan laptop, dan mencari tempat yang murah.

Setelah itu, gue memberanikan diri mengiyakan ajakan seorang praja untuk bertemu di IPDN. Dan untungnya Agus mau nemenin gue ke sana untuk menemui praja tersebut.
Yang jadi poin utama gue adalah ke lucuan para praja diluar topeng mereka.

Gue sering melihat mereka saat gereja di minggu pagi, namun dengan tubuh yang sangat tegap, dan senyum simpul yang sangat kaku. Minimnya interaksi gue dengan para praja membuat gue berburuk sangka dengan mereka ternyata.

Disana gue mengobrol dengan 4 orang praja yang sangat menyenangkan. Leonardo, Edo, Luoli dan Patrick. Muka mereka memang dapat dibilang tua, tapi ternyata bahkan kami masih sama-sama semester 5. -.-

Mereka bercerita banyak dengan serunya. Bagaimana mereka menyebut IPDN sebagai “Indonesia mini”, bagaimana mereka mengatakan bahwa di IPDN, sila pertama Pancasila sangat dijunjung tinggi dengan segala ke “bhineka tunggal ika”-annya. Dan banyak hal lainnya.

Bagaimana tidak? Leonardo orang Papua, Sorong. Edo orang Kalimantan Timur, Luoli dari Nias, dan Patrick orang Manado. Mereka bercerita bahwa saat natal, semua mahasiswa Muslim dan Hindu membantu saat natal. Pun waktu ada hari raya Islam dan Hindu, mahasiswa beragama lain turut membantu. Lucu sekali menurut gue. J

Sungguh, entah mereka keluar dari topeng mereka karena sedang tidak “berdinas”, atau mereka memang selalu membuat topeng dari orang luar. Gue senang telah melakukan hal yang berbeda. Untung ada Agus. Sejam lebih disana akan menjadi 15 menit kalo waktu itu gue dateng sendirian -.- haha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar