terus mau nulis blog, akhirnya cuman bisa di Ms. Word.
dan seperti kembali dari goa batu nih senengnya hahaha
8 Desember 2013
Take a risk, then GO!
Internet (bukan indomie,
telor, kornet) adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh anak kosan, terutama bagi
mereka yang tidak punya TV di kosannya. Termasuk gue.
Hari Jumat kemaren,
tiba-tiba saja internet gue mati, dan tak kembali, bahkan hingga hari ini. Usut
punya usut, ternyata emang dari pusatnya lagi ada gangguan. Masalah pertama.
Lalu, tepat kemarin
malem, Sabtu, adaptor charger laptop gue mati, dan tak mau nyala lagi. Masalah
kedua. Saking keselnya, gue mau nangis dan akhirnya Aul berbaik hati
meminjamkan chargeran untuk mengecharge laptop gue. Satu masalah selesai. Tapi
bagaimana untuk besok? Dan hari-hari selanjutnya? Akhirnya dapet pinjeman
laptop dari Aul. :d Thanks ul, God bless you.
Lalu, secepat kilat gue
menghubungi Agus untuk mencari pertolongan pertama. Akhirnya dia mau nemenin
gue ngebenerin colokan laptop, dan mencari tempat yang murah.
Setelah itu, gue
memberanikan diri mengiyakan ajakan seorang praja untuk bertemu di IPDN. Dan
untungnya Agus mau nemenin gue ke sana untuk menemui praja tersebut.
Yang jadi poin utama gue
adalah ke lucuan para praja diluar topeng mereka.
Gue sering melihat mereka
saat gereja di minggu pagi, namun dengan tubuh yang sangat tegap, dan senyum
simpul yang sangat kaku. Minimnya interaksi gue dengan para praja membuat gue
berburuk sangka dengan mereka ternyata.
Disana gue mengobrol
dengan 4 orang praja yang sangat menyenangkan. Leonardo, Edo, Luoli dan
Patrick. Muka mereka memang dapat dibilang tua, tapi ternyata bahkan kami masih
sama-sama semester 5. -.-
Mereka bercerita banyak
dengan serunya. Bagaimana mereka menyebut IPDN sebagai “Indonesia mini”,
bagaimana mereka mengatakan bahwa di IPDN, sila pertama Pancasila sangat
dijunjung tinggi dengan segala ke “bhineka tunggal ika”-annya. Dan banyak hal
lainnya.
Bagaimana tidak? Leonardo
orang Papua, Sorong. Edo orang Kalimantan Timur, Luoli dari Nias, dan Patrick
orang Manado. Mereka bercerita bahwa saat natal, semua mahasiswa Muslim dan
Hindu membantu saat natal. Pun waktu ada hari raya Islam dan Hindu, mahasiswa
beragama lain turut membantu. Lucu sekali menurut gue. J
Sungguh, entah mereka
keluar dari topeng mereka karena sedang tidak “berdinas”, atau mereka memang
selalu membuat topeng dari orang luar. Gue senang telah melakukan hal yang
berbeda. Untung ada Agus. Sejam lebih disana akan menjadi 15 menit kalo waktu
itu gue dateng sendirian -.- haha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar