Dulu.
Dia adalah orang yang mengerti (atau setidaknya menurutku dia mengerti) mengapa aku melakukan suatu hal.
Kemudian, tibalah saat aku pergi.
Dia tidak berkata apapun.
Aku rasa, dia tidak merasa sedih.
Atau mungkin karena dia memang kurang pintar mengungkapkan perasaannya.
Entahlah.
Lalu, kemudian sebulan, dua bulan, setahun, sekian tahun berlalu.
Aku kembali.
Dia tidak berkata apapun.
Aku rasa, dia tidak merasa senang.
Atau mungkin karena dia memang kurang pintar mengungkapkan perasaannya.
Entahlah.
Aku masih punya teman baik.
Aku harap.
Tapi sepertinya, aku salah.
Dia masih tidak berkata apapun.
Atau mungkin karena dia memang kurang pintar mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.
Aku rasa, waktu dan jarak sudah memisahkan kami.
Mungkin, dia masih menjadi orang yang mengerti (atau setidaknya menurutku dia masih mengerti) mengapa aku melakukan suatu hal.
Aku tidak mengerti perasaan dan pikirannya.
Aku tidak tahu apa yang ingin dia sampaikan.
Aku rasa, kami sudah tidak lagi berteman baik.
Aku pikir, dialah yang pergi meninggalkanku dengan yang lain.
Aku pikir, dialah yang sudah tidak lagi mau berteman denganku.
Tapi ternyata, aku rasa, aku yang kecewa.
Karena dia sudah berubah. Aku sudah berubah.
Caranya berbicara sudah lain. Caraku mendengar pun sudah lain.
Kami kehilangan waktu untuk membiasakan perubahan ini.
Aku rasa, aku kecewa karena dia tidak berkata apa-apa.
Dan aku semakin tidak mengerti apa yang coba dia sampaikan padaku.
Yah, setidaknya aku harus bersyukur.
Karena aku masih punya teman. Titik.
Cie
BalasHapus