Sabtu, 29 April 2017

Kondangan sendiri ? Siapa takut !

Setiap orang punya musuh bebuyutannya sendiri.

Bagi gue, musuh gue adalah rasa takut.
Gue takut nantinya begini dan begitu. Lalu gue memikirkannya, dan ketika gue terlalu banyak berpikir, semakin banyak hal yang membuat gue takut.

Semalam, gue mengikuti KKR di daerah Gading Serpong.
Disana, gue ditantang untuk melawan musuh gue. Melawan ketakutan gue. Karena Dia, Tuhan kita, lebih besar dari musuh apapun.

Maka, dengan tekad bulat, gue memutuskan untuk hari ini tetap pergi kondangan meski seorang diri.
Gue gatau siapa yang akan ada di sana, jadi gue modal nekad dan modal percaya bahwa gue ngga akan dibiarkan sendiri.

Lalu, jadilah foto ini...
Teman seangkatan yang gue temui, dari sekian banyak orang yang hadir. 


Beruntungnya gue, di sana gue tidak hanya bertemu mereka. Ada beberapa senior yang juga gue temui dan berbaik hati mau menemani gue selama di sana.

Gue senang karena sudah berhasil mengalahkan ketakutan gue (setidaknya) untuk hari ini.


Kesan untuk sang mempelai : 
Kak, aku merasa tersanjung ketika pertemanan kita masih di ingat. Aku merasa bahagia melihatmu akhirnya bertemu orang yang sesuai dengan yang kamu butuhkan. Setidaknya, kamu tidak lagi sendiri menghadapi segala yang akan menerpa nantinya. 

Terima kasih untuk pertemanan ini. Terima kasih untuk pelajaran yang udah di kasih, dan juga waktunya. :)

Kamis, 27 April 2017

#OneFilmADay(OrMore)

I am Groot.
I am Groot.
I am Groot.

Image result for guardian of the galaxy 2 poster
---

Groot kecil adalah tokoh yang paling gue suka!
Sampai saat gue nonton film ini, gue belum menonton volume 1 dari Guardians of the Galaxy, tapi sepertinya ngga gitu ngefek sih dengan euforia saat nonton volume 2-nya.

Episode ke-2 film ini sangat mengandalkan kekuatan sound effect-nya.
Biasanya, film action yang gue tonton kebanyakan membuat lelah di akhir film. Menurut gue karena memang mereka menggunakan sound yang mendukung adegan yang sedang dimainkan, agar tampak nyata chaos-nya. Dan hal itu juga membuat kita (atau gue) juga chaos dalam hal emosi. 

Namun film ini berbeda. Mereka menggunakan backsound yang tidak umum seperti Awesome Mix Vol 2, sehingga membuat emosi penonton tidak terlalu terbawa dalam adegan perang tersebut. Lagu ini juga membuat penonton dapat tetap mengikuti detil film tanpa merasa tertekan dengan lagu yang membuat telinga pengang. Gue sendiri jadi bisa ikut bersenandung sambil tetap melihat detil peperangan yang terjadi.

Selain itu, gue rasa, sang sutradara juga ingin membuat film ini seimbang dengan unsur comedy-nya. Sehingga, selain mereka berbaik hati pada penonton, (gue rasa) mereka juga ingin meninggalkan kesan bahwa film ini bukanlah film bunuh-bunuhan yang sangat serius.

Dan gue menangkap kesan tersebut. 

Gue suka karena humor yang digunakan tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu tinggi. Sehingga semua orang bisa menangkap humor yang disajikan dengan porsi yang pas.

Hal tersebut membuat film ini tetap bisa dilabeli dengan film action (bukan comedy) namun tetap tidak begitu berat untuk diikuti.
---


Setelah menulis review diatas, akhirnya gue menonton volume 1 dari film ini.

Gue amaze karena hingga setengah film, ke-4 tokoh (minus Groot karena dia tidak mengerti apa-apa) sebenarnya tidak begitu akur. Gue kira memang mereka sudah berteman dari awal, ternyata mereka bahkan berasal dari kubu berbeda yang saling incar. 

Penyampaian mengenai 'proses pertemanan' mereka sepanjang film tidak terlalu cheesy dan gue rasa masih make sense ketika mereka bisa menjadi teman karena mereka memiliki kesamaan background, yaitu kehilangan. 

Jika mereka berdiri sendiri, mungkin mereka akan menjadi lebih kuat karena tidak ada kehilangan yang mereka ingat. Namun meski kebersamaan mereka menunjukkan bahwa mereka sama-sama pernah merasa kehilangan, gue rasa, itulah yang membuat mereka semakin kuat. Ketika mereka bisa mengisi kekosongan satu sama lain.

Hal terakhir yang gue suka dari film ini adalah, adanya kesinambungan antar film. Contohnya kaset musik Awesome Mix Vol 2 yang dimiliki oleh Peter. 

Detil dari film yang menurut gue tidak semua sutradara bisa lakukan. Kita seringkali fokus pada hal-hal besar dan umum dari film yang mudah dilihat dan mudah diperhatikan, untuk mencari kesinambungan antar film. Misal seperti adanya perbedaan kostum, adanya kesamaan luka dari tokoh, dan lain sebagainya.

Tapi gue suka ketika sang sutradara memilih kesinambungan lagu dan hal kecil mengenai musik yang membuat penonton merasa familiar dengan film ini.
Lebih lagi karena jenis musik ini cukup netral untuk semua kalangan.


#OneFilmADay(OrMore)

Senin, 24 April 2017

#OneFilmADay(OrMore)

Karena tidak selesai membaca buku 24 wajah Billy dengan alasan "bosan", maka gue juga mengasumsikan bahwa film ini sama membosankannya.
Menonton film Sybil juga agak membuat gue bosan karena ending filmnya yang agak menggantung.

Namun, akhirnya gue memutuskan untuk menonton film ini.

Image result for split poster

Seketika, gue terkesima dengan acting James McAvoy sebagai Barry / Patricia / Dennis / Hedwig / The Beast.
Berbeda halnya dengan actingnya dalam X-Men yang kurang meninggalkan kesan bagi gue; dalam film ini, James McAvoy sangat-sangat mengesankan.

Peran-peran yang dia mainkan sangat detil dengan mimik muka yang mendukung. Gue melihat raut wajah, tarikan garis senyum, kerutan alis mata, dengan garis muka yang berbeda untuk tiap peran yang berbeda pula.
Postur tubuh yang ditampilkan pun berbeda sesuai karakter yang sedang dimainkan.

Satu hal yang gue rasa menjadi ciri khas dari peran Barry ini adalah gagap atau suara terbata-bata yang dikeluarkan di setiap peran, yang menunjukkan bahwa masih ada jiwa Barry dalam peran-peran lainnya.

Hal lain yang menurut gue menarik juga adalah tokoh Casey. Dari awal, gue menebak bahwa Casey (sedikit) memahami "Barry" karena punya fenomena yang sama, atau setidaknya memiliki orang terdekat yang juga mengidap DID.


Hal yang sedikit mengganggu gue adalah scene Hedwig yang menunjukkan "jendela" kepada Casey. Gue merasa scene tersebut sudah pernah diputar di film lain, atau mungkin gue sudah membayangkan scene tersebut sebelumnya (?)


Yah, SPLIT sangat recommended untuk ditonton, terutama oleh mahasiswa Psikologi. Disini kita bisa belajar mengenai mimik muka dan gestur tubuh.




imagesource : google.com

#OneFilmADay(OrMore)