Selasa, 20 Januari 2015

Sekelebat Jogja bersama MIBA

Mungkin memang butuh banyak wacana untuk mengubah rencana menjadi pengalaman.

'Libur bareng MIBA' memang sudah diagendakan sejak lama. Namun kegiatan tersebut pun baru terlaksana beberapa hari SETELAH kami turun jabatan!

Dengan nekat dan 'asal nyeplos', akhirnya kami memutuskan untuk berlibur ke Jogja selama 3 hari, dengan menggunakan bis. Afan sudah lebih dulu berangkat ke Jogja karena ada acara keluarga, sehingga tinggallah kami ber5; gue, Icha, Gita, Bhagas, sama Mario.



Perjalanan di bis memakan waktu sekitar 14 sampai 15 jam, dan kami sampai di Stasiun Jombor jam 6 pagi. Belum berhenti disitu, kami menempuh 15 menit dengan trem (semacam Babon) dan lanjut berjalan kaki selama 2 jam-an untuk sampai di rumah Afan di daerah Tirtodipuran, tempat kami menginap.


Sayangnya, cuaca sedang tidak mendukung!
seharian mendung, juga gerimis, dan bahkan hujan deras ngga bosen buat turun menyapa.
Tapi hujan nggak bikin kami ciut buat jalan-jalan. Kami tetep nekat pergi makan gudeg di daerah depan kehutanan UGM, juga makan Mi Jawa di sekitar daerah rumah Afan.


Kayaknya emang anak-anak MIBA ngga punya kapasitas yang cukup buat bikin rencana yang mateng deh haha ada aja hambatan tak terduga. tapi kami selalu bisa bikin plan B ato plan C dengan (lumayan) cepat!

yang tadinya kami berencana pengen pergi ke pantai, terus jalan-jalan ke Kaliurang buat ikutan LavaTour, akhirnya harus diganti dengan pergi ke Borobudur dan Malioboro.
Tentu aja disitu ujan juga ngga bosen-bosennya dateng.



Terus, dihari ketiga, kami jalan-jalan ke alun-alun sama ke Keraton.


Meskipun ada beberapa tempat yang ngga sempet dikunjungi, tapi liburan kali ini tetep (SANGAT) menyenangkan.
Pertama, karena akhirnya JADI liburan bareng.
Kedua, karena liburannya bareng mereka.

Iya, kan. Bukan tentang 'kemana'-nya, tapi tentang bersama 'siapa'-nya.
:)


ps : Jogja sekarang sudah lebih maju dari yang gue inget. Terakhir kesana sekitar tahun 2010 dan Jogja belum punya flyover. (Ato guenya yang nggak tahu?)
Terus, Jogja yang sekarang masih sama asri-nya sama Jogja yang dulu gue inget, lebih bersahabat daripada Jakarta. Yah, dulu gue masih kecil sih waktu tinggal di Jogja, belum ada umur 5 tahun, tapi seenggaknya ada beberapa scene yang gue inget dari Jogja tempo dulu.

Semoga Jogja tetap adem dan asri, ya!
Semoga bisa berkembang maju dan pesat!

Dan semoga MIBA bisa jalan bareng lagi di tahun-tahun berikutnya! :)

Selasa, 06 Januari 2015

coba berkaca (?)

Pernahkan kamu bangun dari tidurmu, dan mendapati mereka semua berbeda?
Mereka tidak lagi menjadi orang yang kamu kenal.
Mereka tidak lagi bertingkah laku sama.

Dan mereka tidak juga memandangmu sebagai orang yang sama.

Bahkan kamu tidak lagi mengenal mereka.
Mereka berbeda, pola pikir dan tingkah laku mereka pun begitu.

Mungkinkah, ini hanyalah masalah sudut pandang?

Mungkinkah, kita yang berubah?
Pola pikir kita yang sudah tak sama.
Dan kita berubah menjadi orang yang berbeda.

*berpikir keras*

"Sudahkah saya sampai pada titik dimana segala sesuatunya berubah menjadi sebuah formalitas belaka? Rutinitas semata?

Tidak ada yang berbeda, selain jarum jam yang terus berdetak, kertas kalender yang semakin habis, dan orang-orang yang memutuskan untuk terus menghambur demi tawa palsu.

Kebahagiaan semu, yang bahkan mereka sadari, sudah tak lagi bisa didapat hanya dengan besaran rupiah semata."



***
Ketika orang banyak sedang berbahagia menyambut 'Tahun Baru' dengan kembang api, petasan, kumpul bersama hingga lewat tengah malam, kemudian dilanjutkan dengan membuat resolusi (dimana sepertinya tidak semua resolusi ditahun lalu berubah dari wacana menjadi pengalaman); yang gue lakukan hanyalah ikut serta menjadi penonton.

Melihat, tidak ada yang 'terjadi' setelah jam menunjukkan pukul 00.00 WIB.
Mengingat, tidak ada yang berubah sepanjang tahun yang lalu.

Saat itu, gue berpikir, "apa yang salah dengan gue? gue tidak merasakan apa yang orang lain rasakan".
Kemudian, gue bertanya, "apakah gue harus 'sama' seperti yang lain?"


Gue merasa palsu...

Senin, 05 Januari 2015

enjoy your life!

Dalam sebuah pemikiran, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa inti dari hidup adalah menghidupinya untuk masa ini.

Ketika kita hidup, pikirkanlah apa yang kamu lakukan untuk saat ini.
Pikirkan dampaknya untukmu saat ini.
Untuk sekelilingmu saat ini.

Karena tak ada yang akan terkenang darimu kelak.

Ketampananmu akan luntur. 
Pikiranmu akan memudar.
Wibawamu akan habis dimakan waktu yang kelelahan.
Bahkan namamu, akan hilang pula ketika mereka yang mengingatmu juga pergi.

Lalu apa yang tersisa?
Tidak ada!


Maka, dapat saya simpulkan...
bahwa silahkan melakukan apapun untuk hidupmu.
dan nikmatilah.

Karena apa yang tersisa dari jalan hidupmu, yang abadi, hanyalah kenanganmu sendiri.